Fairy Tail ^Hiro Mashima^
Genre : Romance
Pairing : Nalu
By : Acy_Lucy
warning> R18/rated M//
“Love Me, As Much As You Want, Because I’m yours”
@@@@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@@@@
Di sebuah kafe,
meja yang terletak di sudut ruangan kafe yang terlihat lengang itu membuatku
merasa nyaman untuk menunggu. Sambil membaca sebuah buku yang baru kemarin ku
beli. Terdengar langkah kaki bersemangat yang sudah akrab menderap di
telingaku, walau tidak menoleh aku tahu siapa yang datang.
“hei Lucy, maaf
membuatmu menunggu lama...”suara yang
menghampiriku tersebut terdengar sedikit menyesal
“tidak masalah
Natsu, aku juga sedang asik membaca, dan sambil menunggu, aku dapat membaca
lebih banyak...”ujarku melepaskan kaca mata biasa yang membantuku membaca,
menutup buku di tanganku setelah sebelumnya memberi batas sampai mana aku
membaca.
Aku mendongakkan
kepalaku, dan melihat sosok kekasihku yang sangat kontras dengan warna rambut
pinknya dipadu rompi hitam yang dikenakannya.
“mana
Happy...?”lanjutku
“yeah...ini kencan
kita, aku tak ingin Happy lagi-lagi mengganggu...”ujarnya sembari menarik kursi
di sebelahku untuk duduk
“kurasa tidak
terlalu mengganggu ..”
“hei Luce, ingat
yang dilakukannya untuk kencan kita beberapa kali yang lalu, semua hanya di
habiskan dengan mencarikannya ikan segar untuk dimakan dan dibawa pulang...”dan
sudut matanya tampak mengingat lekat hal itu
Memang benar,
selama ini Happy sering ikut disetiap kencan kami, dan yah...seperti biasa,
kami menjadi seperti orang tua yang harus menghibur anaknya ketika akhir pekan.
Padahal sulit sekali mencari waktu luang untuk mengadakan kencan berdua seperti
ini. Ada bagusnya juga ku fikir. Sebenarnya aku juga tidak enak untuk
meninggalkan Happy, karena Natsu jarang sekali berpisah dengannya sejak Happy
menetas.
“oya..akan ke mana
kita?” tanya ku
“aku tidak
terfikirkan tempat spesial, hanya aku terlalu sibuk memikirkan akan bersamamu.
Ya...memikirkannya saja membuatku begitu bahagia...” gaya Natsu yang seperti
ini tidak akan dia tunjukkan pada siapapun di guild, wajah nya yang imut, manja
dan sedikit gombal ini hanya aku yang tahu.
Sejak 4 bulan yang
lalu kami jadian. Setelah beberapa hari sebelum itu dia menyatakan perasaannya
padaku. Sepintas aku mengingat kembali kenangan saat aku menetapkan hati dengan
memberitahukan perasaanku pada Gray waktu itu. Cukup memalukan menurutku, namun
dengan demikian aku jadi tahu bahwa Gray memang sedang menjalin hubungan dengan
Juvia. Dan aku cukup puas mendengar jawabannya, walau sangat terluka, Natsu
datang dan mencoba menghiburku. Dan tentu saja aku mulai menyukai Natsu, dan
kini pria dengan Sihir api Dragon Slayer ini adalah kekasihku.
Di luar misi, kami
tidak dapat terlalu bermesraan. Ya tentu saja nakama di guild tidak akan membiarkan hal itu
terjadi, mereka selalu ada alasan untuk mengganggu pasangan yang terlihat akan
bermesraan. Aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena Natsu selalu
memiliki cara untuk bersamaku tanpa diganggu yang lain.
Tiba-tiba sebuah
kecupan ringan mendarat dibibirku...hangat dan lembut, seperti cake keju yang
baru matang.....
“aku merindukanmu
Lutty...”ujar Natsu setelah memberikan ciuman kilatnya, mata dengan warna
membara itu meresap ke hatiku, memberikan kehangatan yang nikmat, aku
tersenyum...
“bahkan setelah
selama ini kau masih tidak dapat menyebut namaku dengan benar otak api?”
sergahku, walau ku tahu itu adalah caranya membuatku merasa nyaman
“ha? Bukankah aku
sudah benar menyebutnya?”Natsu memasang wajah begonya
“baka..!” ujarku
tertawa, di saat seperti ini tidak ada gunanya berdebat dengan dia, batinku
“mengapa kau tidak
memesan sesuatu untuk dimakan?”tanyanya kemudian
“aku menunggumu
untuk memesankannya untukku...”ujarku pendek, meletakkan buku yang sedari tadi
masih di tanganku.
“begitukah,,..”dia
melirik dan tersenyum dengan senyuman khas yang ku suka, menarik sedikit ujung
bibirnya kearah atas, dan hanya beberapa gigi yang terlihat. Benar-benar
membuatku bahagia.
Diapun memesan
makanan dan minuman. Menu yang sama dengan double pesanan. Kami berbincang
ringan, sesekali Natsu tampak intens memandangku, yang tentu saja meski kami sudah cukup lama bersama, tetap membuatku salah tingkah.
“hei...matamu itu
dapat menelanku...”kataku akhirnya, dia tersenyum
“mataku ga punya
gigi Luce, dan lagi menikmati wajahmu saja sudah lebih dari cukup, tidak harus
menelannya...”ejeknya
“jadi kau berniat
menelanku?”
Dia tertawa
lepas..”tentu saja, itu kalau kau mau...”
“hei...aku bukan
makanan...”
“nah, karena itu,
aku hanya akan memandangmu....”katanya melanjutkan kembali mengunyah makanan
yang tinggal sedikit dipiringnya itu
“selamanya...”lanjutnya
dengan senyuman
“itu tidak akan
terjadi kalau aku sedang di kamar mandi Nat....”kataku yang membuatnya
tersenyum
“sejujurnya itu
sudah terjadi Honey..” dan senyum licik menyungging di bibirnya
“apa?!” aku kaget
“tidak sulit
bagiku...”
“dasar
penguntit...!”sergahku
“hei...aku menguntit
kekasihku, tidak masalah kan..”katanya enteng, dan piring sebelahku tampak
telah digesernya ke arah depan, tanda dia telah selesai makan
“ah..kau licik
mesum!”
“aku hanya mesum
padamu nona...”dia mengarahkan pandangannya ke arahku “dan jika kau mau, kau
juga dapat melihat tubuh indahku ini...”lanjutnya dan kali ini dengan gaya sok
keren yang membuatku tertawa
“kenapa kau
tertawa?”tanyanya berpura-pura bingung
Aku mencoba menekan
kelucuan yang kutertawakan “tidak, hanya saja kau terlihat lucu....”
“ah sudahlah,
habiskan makananmu nona...”katanya seraya mengarahkan pandangan ke piring
dihadapanku yang masih menyisakan makanan
Dengan sisa-sisa
tawaku, aku mencoba melanjutkan menghabiskan makanan yang tinggal sedikit, namun
aku sudah kehilangan minat untuk menghabiskannya. Dengan susah payah ku
habiskan juga makanan ini, kudorong piringnya menjauhi tubuhku dan menenggak
minuman. Aku hendak menyeka mulutku dengan serbet, lalu tiba-tiba lagi Natsu sudah
menciumku, menyesap cairan yang tersisa di pinggiran bibirku....
Dia tersenyum
nakal...
“hei bukankah
mereka akan melihat ..”kataku mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kafe,
mengingatkannya kalau kami tidak memiliki tempat itu secara pribadi
Dan dia kembali tersenyum enteng, seakan hal yang dilakukannya
barusan adalah hal yang biasa yang tidak akan mengundang perhatian pengunjung
lain.
Kami keluar dari
kafe setelah Natsu membayar pesanan kami tadi. Dia jadi lebih bijak menyisakan
uangnya untuk digunakan pada saat-saat seperti ini. Tidak pernah membiarkan aku
membayarkan untuknya. Mungkin karena naluri lelakinya. Fikirku.
Hari yang cerah
dimusim semi, awal musim ini tampak menyegarkan, dan sakura sepertinya tidak
mau ketinggalan menambah keindahan dunia ini. Aku mengenakan baju santai,
berlengan pendek yang lumayan longgar dengan sedikit renda dibagian dadanya,
agar terlihat manis, aku menambahkan pita yang dililitkan dileherku, dipadukan
dengan rok kembang selutut agar aku mudah bergerak.
Pria disebelahku
ini, seperti biasa, selalu memadukan pakaiannya dengan warna rambutnya, serta
rompi khasnya. Hari ini dia tidak mengenakan syal kesayangan yang diperoleh
dari ayahnya. Mungkin karena cuaca yang cerah, syal itu tidak cocok untuk
dikenakan bersantai. Walau hanya warna khas ini yang digunakannya, setiap
kencan, pakaiannya tampak rapi dan dari garis-garis yang terbentuk, aku dapat
tahu butuh waktu lama untuk menyetrikanya. Aku sedikit tersenyum melirik Natsu
yang kini berjalan santai di sebelah kananku.
Kami berjalan tanpa
tujuan yang pasti, hanya berjalan berdampingan. Membicarakan nakama lain yang
saat ini pasti sedang membuat keributan di guild, atau Erza yang saat ini juga
berkencan bersama Jellal. Juga menerka-nerka apa yang sedang dilakukan Happy tanpa
Natsu, dan bagaimana Happy selalu salah tingkah jika berhadapan dengan Charlie.
Tak terasa langkah
kami menuntun ke arah pinggiran sungai dengan rumput hijau yang membentang.
Sungai yang berbentuk bendungan ini merupakan tempat yang terabaikan sejak kota
membuka banyak taman hiburan. Padalal dulunya adalah tempat bersantai keluarga
di akhir pekan. Dan dihari-hari seperti ini, mereka lebih suka menghabiskan
waktu di taman hiburan yang meyediakan fasilitas lengkap, seperti tempat
bermain dan tempat makan. Pinggiran sungai ini tampak lengang, hanya terdapat
beberapa anak kecil yang baru mulai belajar menaiki sepeda kecilnya. Mungkin
aman jika terjatuh di atas rumput lembut ini. Fikirku.
Natsu menggandeng
tanganku, sepertinya sudah lama dia ingin melakukannya, hanya saja baru sampai
ditempat ini dia menjadi leluasa. Aku sebenarnya juga menantikan hal itu. Aku
membalasnya dengan menggenggam jemarinya.
“yah..akhirnya kita
hanya berkeliling tidak jelas seperti ini..”gerutunya
“ya... Natsu
banget...”ujarku tanpa menoleh
“hei..lutty, apa
maksudnmu?”dia menoleh ke arahku
“bukankan kau
selalu seperti ini jika Happy tidak ikut, kau seperti kehilangan tangan kananmu
Nat...”kataku mengejek
“akh...tidak ada
hubungannya dengan Happy...”
“kita pulang saja
yuk...”ajakku
“tapi masih terlalu
awal Lucy...”Natsu tampak enggan
“tidak apa-apa,
kurasa berdiam di sini juga tidak menarik...”
Natsu menyerah,
sedikit semburat kecewa tampak diwajahnya. Aku mencoba menghiburnya dengan
mengecup lembut pipinya, dia menoleh...
“itu curang...”katanya
“hoeh...kenapa
curang..?”kataku bingung
“aku sudah
menciummu di bibir dua kali, dan kau hanya menciumku di pipi...kau curang
Luttei...”katanya mendelik
“baka!”aku menjitak
lembut kepalanya
Dan kamipun
berjalan pulang.
Menuju rumahku, tak
terasa langit sore sudah mulai meredupkan sinar matahari. Tak berapa lama kami
sampai di rumah kontrakkanku yang terletak sekitar 2 km dari guild. Karena
sudah terbiasa, Natsu langsung ikut masuk ke dalam kontrakkan yang cukup besar
untuk sebuah kamar, namun terbilang kecil jika disebut rumah.
“apa kau menulis
lagi..”tanyanya sambil memposisikan duduk di sofa yang kutata menyerupai ruang
tamu, namun hanya menyediakan 3 kursi
“ya...tidak terlalu
sih, karena belum ada ide lagi, jadi hanya mengembangkan cerita yang telah ada
saja...”
“beri aku sesuatu
Luce, aku inikan tamumu.....”katanya
“apa kau mau minum
sesuatu yang dingin?”tanyaku sembari membuka kulkas....
“hei, minuman
dingin tidak berpengaruh di tenggorokanku....”katanya menghampiriku, menarik
tanganku yang memegang pintu kulkas, dan mendorong pelan tubuhku hingga kulkas
itu tertutup..”aku ingin kau Luce...”lanjutnya..
Dan seketika itu
juga dia melumatkan bibirnya kebibirku, lembut dengan ahli dia memanut bibirku,
tidak seperti pertama kali kami berciuman. Saat itu kami sama-sama tidak tahu
melakukannya, karena sama-sama baru pertama, suasana menjadi sangat tengang.
Dan kami kadang menertawakan masa itu.
Aku membalas
ciumannya dengan membuka sedikit mulutku, agar dia dapat leluasa memainkan
bibirku. Tangan kiri kuletakkan di belakang kepalanya, mencoba meremas rambut
pinknya yang mencolok itu. Dan kurasakan gairahnya bertambah. Tangannya yang
sedari tadi memegang tangan kananku kini juga berada dibelakang rambutku,
membelainya lembut. Kurasakan salivanya memasuki mulutku bersama dengan lidahnya
yang dengan hati-hati menjelajah isi dimulutku. Akhirnya lidahnya menemukan
lidahku, menuntunnya memainkan lidah kami. Aku mengikuti iramanya, kini kedua
tanganku melingkari lehernya. Ciumannya menderas, dan kurasakan kini dia telah
mengecup leherku, lembut namun tegas. Seakan memberitahuku bahwa dia juga ingin
aku menikmatinya. Tentu saja aku menikmatinya, bahkan walau itu hanya kecupan
biasa, namun kini aku menyanginya, dia kini kekasihku yang selalu membuatku
bahagia dengan kenakalannya.
Aku meremas
kepalanya, dan dia menggiring tubuhku ke arah tempat tidur. Aku menurut saja,
walau masih dapat menguasai diri, aku membiarkan hal ini terjadi, lagipula kami
sudah cukup lama berhubungan untuk melanjutkan ketingkat lebih dari ini. Dia
membaringkan tubuhku dengan perlahan. Kehangatan menjalari tubuhku, sepertinya
tetes keringat mulai keluar dari pori-pori kulitku, membuat suasana lengket.
Aku terbawa gairah panas Natsu.
Aku mencoba menarik
lepas rompi Natsu, memberinya kode bahwa aku juga menginginkannya, dan dia
melepaskan pita yang melilit leherku sedari tadi. Aku tersenyum sekilas ketika
dia menatapku. Wajahnya terlihat gugup. Aku yakin ini juga kali pertama
untuknya. Senyumku mungkin sedikit memberinya keberanian, karena dia sekarang
menarik bajuku untuk dilepas, dan kini aku tinggal memakai bra. Entah kenapa aku
hari ini memilih memakai bra manis, dengan renda, dan hanya sedikit menutupi
payudaraku.
Natsu kembali
mencium lembut bibirku, lalu turun ke leher, mengecup tenggorokankanku dan
berakhir di dadaku yang empuk. Mengecup pinggir gundukan putih itu, dan
tangannya menggerayangi penggungku mencoba mencari pengait bra dan melepasnya,
tampaklah dua buah dada kembar milikku. Aku yakin memiliki ukuran yang
memuasakan, Natsu tampak kaget, namun kembali segera mencumbuku, menyesap
lembut puting susu kananku, lalu..
Tiba-tiba dia
berhenti, aku bingung, kenapa? Apa yang salah...? fikirku.
“maaf Luce, aku
sangat ingin melakukannya, namun, aku akan merasa bersalah jika kita
melakukannya sebelum menikah, aku seperti sangat jadul ya....”ujarnya
kebingungan, walau kecewa, aku dapat menerima alasannya, dan aku tersenyum
Dia mengecup
keningku, mendamaikan gemuruh nafsu kami berdua. Dan senja itu kami habiskan
dengan menonton acara yang tidak jelas, namun aku bahagia. Inilah Natsu, ,
Kekasihku....., jika bukan Natsu, tidak mungkin dapat menekan gairahnya
ditengah-tengah permaianan tadi. Aku memandangnya lekat, dan dia menoleh..
q
“aku memang tampan
Lucty...”katanya yang membuat kami berdua tertawa lepas......