Fairy
Tail ^Hiro Mashima^
Genre :
Romance
Pairing :
Gralu
By :
Acy_Lucy
“Dear My
Girl”
IC/OOC
(sukasuka saya ya,,,)
Warning>>
Rated M/R18 akud
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Hari
yang melelahkan setelah 4 hari menjalankan misi. Tubuhku terasa remuk bukan
karena melawan musuh, tapi karena harus menahan amukan Elfman yang tidak
terkendali. Padahal misi kali ini tidaklah sulit. Huft...aku menarik lafas
panjang dan menghempaskannya di udara. Kereta kuda yang kunaiki tampak begtiu
lambat, seakan jalan yang dihadapannya tidak memiliki ujung. Arhg... kapan aku
tiba dirumah? Fikirku.
Ditambah
lagi lambungku sejak kemarin mulai bertingkat, karena tidak diisi sesuai
aturan, mungkin ini yang disebut maag. Padalah hal ini tidak pernah terjadi
kalau aku menjalankan misi bersama team Natsu, Erza dan Lucy, karena tentu saja
Lucy selalu mengingatkan kami untuk makan tepat waktu. Hufhh... sekali lagi aku
mengeluh...
“kenapa
denganmu Gray? Mengeluh itu tidak lelaki..!” ujar pria melankolis di sebalah
kiriku yang selalu yakin kalau dia adalah lelaki paling jantan di Guild
“lambungku
sakit, sepertinya aku perlu istirahat dan makan yang cukup..”jawabku tanpa
menoleh, dan kedua lenganku terlipat kuat di dada ku yang tanpa pakaian.
Cuaca
beberapa hari ini memang sangat panas, setidaknya aku tidak mengotori satu
bajupun saat bepergian. Cara hemat energi dan uang untuk seorang pria dewasa
yang hidup sendiri.
“apakah
kau tidak cukup makan?”tanya Elfman lagi, jika saja yang di belahku ini adalah
si kepala api, tentu sudah kubekukan mulutnya. Hanya saja Elfman tidak menarik
untuk diajak berantem.
“ya...kau
memberiku makan sebanyak 2 kali untuk 4 hari perjalan Elfman....”kataku
malas.....
Akh,,,sungguh
4 hari yang membosankan meninggalkan guild tanpa nakama team ku, terlebih lagi
4 hari tanpa melihat dan mendengar suara Lucy. Yeah... Lucy Heartfilia, tentu
saja cewek dengan rambut blondie dan seksi itu yang selalu menggoda benakku.
Kira-kira sejak dua bulan yang lalu aku mulai menyukainya, lebih tepatnya aku
baru menyadari bahwa aku menyukainya. Saat itu sore hari, ketika aku berjalan
gontai menuju rumahku yang terletak tidak jauh dari Guild. Dan aku mendengar
suara yang akrab ditelingaku. Aku mencari sumber suara itu, dan menemukannya
berada disebuah lorong sempit di mana juga ada seorang anak kecil yang
menangis. Aku hanya diam memperthatikan, kulihat sepertinya anak kecil itu
kehilangan kesuatu dan jatuh kedalah got dibatnya. Got yang ditutupi dengan
jeruji besi yang tidak bisa di angkat.
‘jangan
menangis adik kecil, kakak akan membantumu mengambil kalung ibumu, tenang
saja...”Lucy berkata lembut, sembari berdiri dan mengluarkan roh bintang virgo.
Entah apa yang dibisikkannya, tiba-tiba Virgo mulai menggali tanah disamping
got, dan tidak lama kemudian kembali dengan tubuh penuh lumpur sambil menenteng sesuatu yang
berantai dan berkilauan. Seperti sebuah liontin.
Anak
itu pun lagsung tersenyumlebar
‘nah...ini
kalung ibumu...’ ujar Lucy sambil menyelahkan kalung itu pada si anak kecil
‘arigatou
nechan...., ini adalah ibuku....’ entah apa maksud perkataan anak itu, dia pun
segera berlari keluar dari lorong itu, dan dibelakanggnya tampak Lucy yang
tersenyum lembut tidak menyadari keberadanku. Aku pun segera pergi, tidak ingin
merusak kesenangannya.
Tapi
wajahnya yang tersenyum itu mengikuti tepat di ujung mataku, dan membenam di
ingatanku. Sesampai di rumah, aku terus berfikir, Lucy yang selalu tegas dan
sedikit kasar ternya juga penyayang anak kecil. Pantas saja dia sangat mudah
diterima dimanapun dia berada. Meski berasal dari keluarga yang kaya raya, dia
tetap sederhana dan tidak sombong. Dan...seksi... tentu saja...*hei!! Aku
lelaki normal...*
Sejak
kejadian itu, aku diam-diam menyimpan perasaan padanya. Aku berniat
mengutarakannya, hanya saja, Natsu pernah bercerita, bahwa dia memiliki
perasaan yang khusus pada Lucy. Meski Natsu adalah rival dan musuh bebuyutanku,
tapi tetap saja dia adalah nakama terbaikku. Aku tidak akan bisa berbuat
sejahat itu. Jadi selama beberapa bulan ini aku hanya diam, berlaku seperti
biasa, dan kadang-kadang membayangkan Lucy bebas di benakku. Setidaknya untuk
hal ini tidak akan ada yang dirugikan.
Matahari
di luar hilang dari penglihatan, dan langit menguning, seperti warna lucy.
Akh.. apapun yang dikenakannya selalu tampak indah di mataku. Suasana hampir
gelap, dan aku melihat dari jendela kereka kami sudah memasuki kota Magnolia.
Dan di sebuah rumah yang sederhana dengan taman kecil, kerata berhenti untuk
menurunkanku....
“akhirnya....”kataku
pendek dan mencoba keluar dari kereta
“sampai
ketemu besok Gray.. ”ujar Elfman
“sepertinya
besok aku tidak ke guild, aku akan istirahat di rumah saja...”jawabku sambil
berbalik meninggalkan Elfman..
“hoei...laki-laki
harus bersemangat Gray...”teriaknya dan suaranya turutt pergi bersama kereta.
Ha....
sampai juga di rumahku. Dah... yah selalu berantakan, mataku menjelajah ruang
yang tidak terlalu besar itu. Tampak beberapa pakaian Natsu juga berserakan.
Natsu memang kadang menginap di sini, karena dia tidak suka tidur sendiria,
walau tidak benar-benar sendiri, padahal ada Happy yang selalu bersamanya.
Aku
tak mempermasalahkan hal itu, lagipula rumah ini cukup besar jika hanya aku
sendiri yang mendiaminya. Anehnya dia tidak pernah smapai membakar seusatu di
dalam rumah ini. Ruangan tamu yang kecil sengaja tidak kuberi sekat pembatas
dengan kamarku. Hanya ada beberapa kursi, dan sebuah sofa malas yang terletak
dekat jendela. Jendela itu menghadap langsung ke arah luar taman, kadang aku
membukanya saat musim dingin, dan senutup erat jika musim panas tiba. Aku benci
panas. Itulah sebabnya aku tidak pernah bisa akur dengan Natsu.
Di
ruangan inilah Natsu entah karena apa bercerita padaku bahwa dia menyukai Lucy,
hanya bercerita, tidak meminda pendapat dariku. Akupun hanya mendengar dengan
baik, meski terkadang aku meledeknya hingga dia tidak jadi memasang wajah
serius. Natsu bercerita sudah setahun terakhir dia mulai menyukai Lucy, dan
saat dia bercerita, aku baru beberapa hari menyadari perasaanku pada Lucy.
Tentu daja Natsu telah lebih dulu memiliki rasa itu, tidak adil jika bertindak
egois. Setelah Lisanna menghilang, baru kali ini dia memiliki teman wanita yang
cukup akrab bersamanya. Dan kurasa Lucy perlahan-lahan menggantikan tempat
Lisanna di hati Natsu. Ha...kadang aku melankolis juga ternyata,
sempat-sempatnya memikirkan hal itu.
Karena
lelah, aku menaruh tasku di sembarang tempat, dan entah sejak kapan aku sudah
tidak mengenakan celana. Aku merebahkan tubuhku asal di tempat tidur yang cukup
besar. Kalau difikir, kebiasaanku melepas baju ini pasti sangat aneh, apalagi
di hadapan Lucy, ho......bodoh ah....lagipula tubuhku juga bagus untuk
dipamerkan.
Keributan
anak-anak yang leintas di depan rumahku menyadarkanku kalau aku sudah tertidur
semalaman. Dengan malas aku bergerak menuju kulkas mengambil segelas air dan 3
potong roti. Mengunyahnya sambil berjalan kembali ke tempat tidur. Benar saja,
hari ini aku sangat lelah untuk pergi ke guild. Tapi itu berarti aku tidak
bertemu Lucy lagi..untuk hari ke lima. Cukup membuatku kesal sendri jika
memikirkan hal ini.
Setelah
menghabiskan roti dan meneguk minumanku, aku pun beranjak ke kamar mandi,
sepertinya tubuhku akan meleleh habis jika tidak segera diguyur air. Memasuki
kamar mandi, sejenak aku menatap tubuhku dicermin, ya.... memang tubuh yang
cukup bagus dan kurasa tidak memalukan untuk dipamerkan. Seketika otakku
langsung membayangkan Lucy dipelukanku, merengkuhnya dengan lengan kuatku,
dadanya di dadaku...dan...akh..apa-apaan yang aku fikirkan ini. Lucy bukanalah
milikku, dan akhirnya aku menyalakan shower yang hanya memiliki tombol untuk
air dingin itu.
Selesai
mandi, aku kembali merebahkan tubuhku ke kasur empuk, kembali meliut malas,
menikmati kesendirianku,dan tertidur lagi....
‘ting..ting..ting...’
gelombang suara yang tidak asing memasuki liang telingaku dengan frekuensi yang
khas, namun mataku tak hendak terangkat...
‘ting..ting..ting...’bel
itu berbunyi untuk kedua kalinya, dan dengan gontai aku berjalan menuju pintu,
memutar anak kunci di dalam kenopnya, lalu membuka daun pintu sederhana yang
dibaliknya menampilkan sosok wanita yang selalu ku rindukan. Mimpi. Aku masih
bermimpi....
Beberapa
detik aku yakin aku tidak bermimpi, Lucy di hadapanku ini tersenyu lembut,
senyum yang membuat aku menyukainya.
“ogh....Lucy?ap-apa
yang kau lakuakn di sini?”bodoh! fikirku, itu bukan hal yang harus kau tanyakan
sebelum menyurunya masuk
“aku
dengar kau sakit, jadi aku datang menjengukmu Gray....”ujar pemilik suara yang
selalu terngiang ditelingaku
“ah..ya..hanya
gangguan lambung, tidak serius, tapi karena kau sudah datang,
masuklah...”akhirnya hanya hal itu yang dapat kufikirkan dari keterkejutanku,
menyadari rumah yang berantakan dan aku yang belum mengenakan pakaian “rumahku
sedikit berantakan, ya..harap maklum, karena kau tidak memberitahu akan kemari,
jadi aku tidak ada persiapan, oya..duduklah dimana kau merasa nyaman, owh...itu
celana si Natsu baka...”ha..apa yang kulakukan dengan smeua ini,,
Aku
mondar-mandir tidak karauan, dan akhirnya duduk di ujung tempat tidur, karena
Lucy duduk di sofa malas yang pang dekat dengan tempat tiduk ketimbang kursi
tamu.
“apakah
kau sudah lebih baikkan?”tanya Lucy
“yeah...seperti
yang kau lihat, tidak terlalu serius, kemana yang lain?”aku mencoba mencari
tahu kenapa Lucy datang sendirian
“Erza dan
Natsu pergi memancing, karena Happy ingin ikan segar sejak 2 hari yang lalu,
dan tidak bisa diam memintanya pada Natsu, bahakan ketika tidur...” mendengar
hal itu membuatku dan dia tertawa
“dasar Happy, kasihan sekali dia
memiliki nakama yang baka seperti Natsu, dan hanya akan membakarkan ikan-ikan
itu untuknya..” kataku datar
“yah..aku fikir ikan seperti
itulah yang disukai Happy..”
“kau sendiri kenapa tidak ikud
bersama mereka?” tanyaku lagi
“aku ada sedikit urusan hari
ini...”jawabnya
“urusan? Dan kenapa kau kemari
jika ada hal lain yang akan kau lakukan?”
“karena urusanku berada disini...”
jawabnya pendek, dia terlihat ragu, namun waspada
“dan apakah itu ?”selidikku lagi
“erg..ano..”Lucy gugup, tidak
seperti biasanya
“Gray....aku ingin mengatakan
suatu hal, tapi aku bingung memulainya dari mana?”ujarnya, terlihat gugup, aku
semakin penasaran, sambil mencoba mengingat kalau-kalau kau punya hutang
padanya
“ya....mulai saja seperti yang
ingin kau sampaikan..”
“tidak semudah itu ...” dia
tertunduk
“buatlah menjadi mudah...bukankah
kau selalu berkata begitu?”aku teringat perkataannya, dan dia tampak menarik
nafas
“aku menyukaimu, kau tahu maksud
ku aku menyukaimu bukan sekedar nakama, tidak seperti aku menyukai nakama kita
yang lain, tidak seperti aku menyukai Natsu atau Laksus, tidak juga seperti
Elfman atau Freed dan yang lainnya, aku menyukaimu sejak awal aku datang di
guild, dan aku ingin selalu bersamamu, baik saat misi, atau di waktu
lainnya,,,”dia berhenti “aku ...” lanjutnya “aku hanya ingin memberitakukanmu
perasaanku, dan aku tidak ingin setelah ini kau menjauhiku atau membenciku, aku
ingin setelah ini kau tetap menjadi Gray yang biasa, ...”
“sejak kapan?” BODOH...!teriak
otakku,,,bukan hal itu yang harus ku kata, dasar. Aku payah. Kenapa malah Lucy
yang berkata demikian?. Akh...aku memalukan, tidak..aku ini lemah, kenapa aku
sebagai lelaki tidak mengatakan itu duluan? Fikiranku berkecamuk
“sejak awal....”
“dan...”kenapa mulut ini hanya
mengeluarkan kata-kata tidak jelas seperti ini
“aku hanya ingin tahu, bagaimana
perasaanmu setelah aku mengatakan hal ini, aku tidak apa-apa dengan jawaban
akhirmu, sebelum ini juga ada yang mengatakan suka padaku, hanya saja aku tidak
menerimanya. Gray, sulit bagiku menjalani hubungan dengan hatiku masih
memikirkan hal lain, setidaknya jika aku tahu balasan dari perasaanku ini, aku
akan bisa menentukan apa yang harus aku lakukan selanjutnya, apakah aku harus
menerima orang itu, atau mulai menyukai orang lain....” butiran bening mengalir
di wajahnya, ingin sekali aku mendekapnya agar tidak menangis, apa yang harus
ku lakukan, ayolah Gray...lakukan sesuatu...
“aku...”aku mencoba mencari
kata-kata
“akh...jangan kau fikirkan, aku
bisa mengerti jika kau terkejut,,,”dia beranjak dari sofa itu dan berjalan
menuju arah pintu, ayolah Gray...kenapa kau hanya diam, apakah tubuhmu telah
beku oleh sihirmu sendiri? Dia Lucy, orang yang aku sukai, yang saat ini
mengatakan bahwa dia menyukaiku, dan aku...
Aku bergerak secepat yang aku
bisa, menghentikan tangan kanannya yang telah di gagang pintu dengan tangan
kiriku, menariknya perlahan memunggungi pintu itu...
“aku tidak tahu harus berkata
bagaimana, tapi mungkin hal ini bisa menjadi jawaban...” hanya ini kata-kata
terkeren yang bisa keluar dari mulutku, dan aku menarik pelan wajahnya,
menempelkan bibirku di bibirnya, perlahan, aku mengecupnya, kurasakan dia
membeku di posisinya. Mungkin terkejut, tentu saja. Itu wajar. Tangan yang tadi
menarik wajahnya kini aku taruh dibelakang rambut blondie Lucy, membelainya
lembut. Bibirku melumat perlahan bibir Lucy, bibir yang selalu ada dalam benak
kotorku selama ini.
Aku melepaskannya sejenak,
kutatap matanya dalam. Mencoba menangkap apa yang dirasakannya sekarang. Karena
aku yakin, seharusnya itu adalah kebahagiaan.
“aku juga menyukaimu
Lucy....”kataku, dan kembali aku menciumi bbibirnya. Aku tahu ini yang pertama
bagi Lucy, tubuhnya terdorong menghimpit pintu, kutuntun tangannya melingkari
pinggangku yang tanpa busana, kuresapi aroma tubuhnya yang khas. Sedekat ini,
apa yang bisa kulakukan kalau bukan menikmatinya. Bibirnya sefikit membuka, dan
aku memanfaatkan hal ini untuk mengulum bibir atas dan bibir bawahnya secara
bergantian, menimbulkan sensasi nafsu yang menggebu, irama lumatan bibirku
mulai memburu, kurasakan air lir kami bercampur, nikmat...manis. Seakan itu
madu, aku mencoba menyesapnya, dan kucoba memasukkan lidahku kedalah
mulutnya...dan...
Lucy mendorong tubuhku spontan
menjauh darinya, agak kaget lalu tiba-tiba aku tertawa “kau pasti baru pertama
kali berciuman ya Luce...”kataku sambil menyeka air liur di mulutku
“apakah ini hal yang wajar untuk
kau tertawakan...”celetuknya, dan wajahnya yang masih merona itu terlihat
semakin menggemaskan, dia kini milikku, batinku.
“tidak..aku hanya senang menkmati
wajahmu yang bersemu ini..”kataku melangkah mendekatinya, dia terpejam, tapi
lebih terlihat ketakutakan dari pada menunggu aku menciumnya lagi..
Dan kuputuskan mengecup lembut
keningnya....dan ku dekap dia dalam pelukanku sambil kubisikkan padanya..
“aku menyayangimu
Lucy....selalu...”
Sekuel
‘argh...ini benar-benar
keterlaluan,,,;fikirku
Bagaimana tidak, Erza dan Natsu
sengaja mengajakku menjalankan misi kelas S, dan dengan sengaja tidak
mengikutsertakan Lucy. Sejak kami resmi berpacaran 4 bulan yang lalu, mereka
sangat senang menggangguku dan Lucy, dan tidak pernah membiarkan kami berada
dalam 1 tim untuk menjalankan misi.
Saat aku yang mereka ajak, Lucy
tidak mereka sertakan, begitu juga sebaliknya. Dan yang sangat keterlaluan
adalah kali ini aku sudah pergi selama 1 bulan untuk misi kali ini, dan nyaris
pulang dengan kaki buntung jika Erza tidak menyelamatkanku tepat saat sihir
hitam terlarang hampir mengenaiku.
“ergr...huuueeeekkkk....”suara
Natsu masih terdengar jelas meski kini kepalanya berada di luar jendela kereta
“akkhu..tidddak akan perenah naik keerelta llaghe...” lanjutnya tidak jelas
“dan kau sudah mengatakan itu
1783 kali selama perjalanan kita kepala api!!” tukasku tidak peduli
..................................................
Aku lelah, benar-benar lelah. Dan
terlepas dari semua rasa lelahku, aku sangat merindukan Lucy. Sambil berjalan
pulang menuju rumahku, aku menimbang-nimbang apakah aku harus segera menemuinya
atau aku lakukan besok saja dan beristirahat malam ini?. Fikiranku sedikit
berkecamuk. Campuran antara lelah yang teramat sangat, dan rindu yang
menjadi-jadi. Dengan linglung aku sampai di depan rumah ku.
Akhirnya aku memilih istirahat
malam ini. Setelah mandi seadanya (hanya membasahi tubuhku dengan air), aku
merangkak ke atas tempat tidur ukuran single, yang terlihat rapi. Kurasa Lucy
datang dan membersihkan rumah ini selagi aku pergi.
Dengan malas kutarik gagang
telepon (anggap sudah ada alat ini ya), dan kuhubungkan panggilan dengan Lucy.
‘tuttttt...tuuut...’
‘hallo...’suara indah nan lembut
menyapaku dari seberang saluran di sana
“sayang.......”jawabku lembut
‘Gray..!’ku bayangkan di terlonjak
‘kau sudah pulang?’
“yah....maaf aku tidak segera
menemuimu”
‘yah..tidak apa-apa, kau pasti
lelah, semuanya berjalan baik bukan...?’ tanyanya, dari nada suara yang
disampaikannya, dia terdengar khawatir
“tentu,”aku berusaha terdengar
ceria “semua baik, siapa yang dapat melawan tim terkuat Fairy Tail hah?”
lanjutku
“akh, dasar,,,,ya sudah, kau
istirahatlah,..’
“yah..aku hanya ingin mendengar
suaramu sebelum aku terlelap Luce...., kalau begitu aku tutup yah...bye
sayang.....oyasumi....”kataku
‘mimpi indah Gray,
oyasumiii.....’
...................................................................................
Suara tukang koran, suara langkah
kaki anak-anak, suara ibu-ibu dihalaman, suara decit ban mobil, suara dari
dapur, dan aroma masakan.....
Kurasa mimpiku benar-benar indah,
hingga indra pendengar dan penciumanku bekerja lebih keras, hingga seperti
nyata saja. Hidungku secara naluria mengendus lebih dalam, dan aku yakin aroma
masakan ini adalah nyata. Dengan malas aku membuka mata...
“kau sudah bangun Gray...”sapa
suara manis dari arah dapur yang tidak memiliki sekat antar ruangan, hingga aku
dapat melihat jelas gadis bercelemek hijau dari ujung mataku, dia tersenyum,
“engh...”aku menggeliat malas
“ohayou.......”katanya
menghampiriku
“o...hayou...Luce” aku mengucek
pelan mataku agar dapat memandang lebih jelas “kapan kau datang?”
“cukup lama, hingga sarapan
untukmu sudah siap semua, sepertinya kau sangat lelah, ayo bangun dan
makanlah....” dia meraih tanganku, berusaha menarik bobot tubuhkan yang mungkin
2 kali lebih berat darinya,
Dengan jahil aku malah
menariknya, hingga dia tertarik dan jatuh menimpaku
“Gray...!”triaknya, mungkin
kaget, mungkin juga marah, aku harap opsi yang pertama
Akh....oppainya menekan perutku,
baru kali ini aku jahil hingga begini.
“gomen Luce, tapi aku tidak ingin
makan...”kataku, dan dia membetulkan posisinya, kini dia duduk disampingku
berbaring
“kau pasti lelah, dan butuh makan
untuk mengembalikan energimu...”bujuknya
“kau membujukku?”tanyaku, dan aku
sengaja memejamkan kembali mataku
“hei..Gray,,,ayolah,,,,”
“kau harus berusaha lebih keras
Lucy....”aku berbalik memunggunginya dan berpura kembali tertidur
“Gray....”dia membalikkan tubuhku
“buka matamu...”dan tangannya menyentuh pipiku
Aku membuka perlahan mataku
,’cuuup’....bibirnya menempel dibibirku, hanya beberapa detik
“ayo makan....”katanya melepas
ciumannya dan berbalik hendak pergi
Refleks kuraih tangannya dan
menarik dia, kembali Lucy menimpa tubuhku, kurasakan secepat sihir tercepat,
libidoku meningkat.
“kau ....aku mau kau Luce,,,,”
aku menatapnya, dia terperangah, kami tidka pernah berada dalam posisi seperti
ini, berdua dikamarku juga tidak pernah, biasanya selalu ada Erza atau Natsu,
tapi mungkin mereka terlalu capek untuk hari ini
Masing menggenggam tangannya, aku
menarik dia lebih dekat, kulihat wajahnye memerah, seperti strawbery, membuatku
semakin ingin memakannya...’cuuup,,,’ ku kecup kembali bibirnya, rasa rindu
yang membuncah, kini pecah dan berhamburan bersama nafsu yang juga tak mau
kalah
Kulumat lembut bibirnya, tak ada
perlawanan, tak ada reaksi, akupun melanjutkannya. Dengan berirama aku
memainkan bibirku di bibir Lucy, ku rasakan dia membuka sedikit mulutnya, dan
tanpa diperintah, aku menyelusupkan lidahku, kini bergerak bebas di dalam
mulutnya, tentu saja ciuman seperti ini pernah kami lakukan, walau tidak sering
seperti Gajeel dan Levi yang bahkan tidak segan melakukannya di depan kami.
Lidah kami berpagut, dan aku
mengecupkan semakin liar, walau aku masih berusaha untuk lembut saat
melakukannya. Lucy bergerak perlahan dari atas tubuhku, membuat oppainya yang
menindihku pergelayut empuk, aku tidak tahan lagi...hanya lelaki tidak normal
yang tidak bereaksi apa-apa disaat seperti ini. Kulepas pagutan bibirku, dan
kulingkarkan lengan dipinggangnya, membalik tubuhnya, dan kini aku berada di
atas tubuh Lucy.
“Luce.....”dia menatapku, kulihat
senyum simpul terukir dibibirnya, dan kukecup pelan keningnya sebagai tanda aku
meminta izin untuk melakukan lebih. Ini yang pertama buatku, dan pasti pertama
juga buat Lucy, aku tidak ingin memaksa jika dia tidak menginginkannya.
Lucy memejamkan matanya sejenak,
lalu saat membuka, tangannya dilingkatkan dileherku, dan dia menarik kepalaku
hingga dia dengan mudah mencium bibirku, kali ini aku merasakan gairah yang
besar dari ciuman tadi. Aku menangkap hal ini sebagai jawaban ‘YA’ darinya. Dan
aku mengimbangi permainannya, kumasukkan lidahku meski mulutnya masih tertutup
rapat, seperti memaksa masuk, dan akhirnya saliva kami bersatu. Nafasku
memburu, dan kurasa nafas Lucy mulai tak teratur.
Dengan segera aku menurunkan
celanaku, karena aku tidak perlu repot membuka baju (aku memang tidak pakai
baju). Dan segera kutarik baju Lucy terangkat melalui kepalanya, rok mini yang
dia kenakan sepertinya sudah dilepasnya. Kini tinggal bra dan underwearnya. Aku
mengecup bibirnya sekejar. Lalu telinganya, kembali kematanya, leher dan
tumpukkan daging oppainya. Tangan kananku merayap kebelakang punggung Lucy,
berusahan mencari semacam pengait yang kuyakin adalah cara membuka bra berenda
manis yang dia kenakan. Sedangkan tangan kiriku seakan melihat keajaiban, meraba-raba
permukanan oppainya. Mencoba mengeluarkannya dari cangkang bra, meski baru
separuh, namun nafasku sudah memburu terlalu kencang, dan saat tanganku meraih
pengait dan melepas bra Lucy, refleks tangan kiriku menarik dan melempar bra
ntah kemana.
Kini oppai Lucy terpampang di
hadapanku, dibawahku lebih tepatnya. Tersaji segar dan tegap, lebih lezat dan
menggoda dari apapun yang pernah aku lihat sebelumnya. Aku sungguh terpesona,
bingung harus berbuat apa...
“Gray....”Lucy membuyarkan
keterpanaanku
“akh..Luce...”jawabku linglung,
“kau sangat indah...”hanya itu yang mampu aku katakan..
Lucy tersenyum, kedua tangannya
memegang wajahku, diiringnya, dan dia mengecup bibirku, sedikit melumatnya,
manis, fikirku, lalu dia menggiring wajahku menuju oppainya. Dan secara
naluriah seperti anak bayi tanpa dosa baru lahir, aku mengisap puting
payudaranya. Padat berisi, pas dengan tubuh indahnya, puting yang rekah dan
merah membuat ku menyedotnya dengan lembut, kumainkan lidahku di putingnya,
tanganku yang bebas meremas oppai sebelahnya. Kubenamkan wajahku seakan ingin
meraih kedua gundukan kembar itu. Aku kembali mejilati, mengisap dan menggigit
pelan oppainya
“akh....”Lucy mendesah....kacau,
suaranya seperti sihir jahat yang serta merta membuatku tertawan dan ingin mengusainya,
ingin membuatnya mendesah lebih keras
Lucy memelukku, erat, dan aku
masih menjilati tubuhnya, menyapu bersih setiap inci kulitnya,
“Gray.....enghh...”desahnya,,,,”Gray...aku
sudah tidak tahan...”katanya
Aku tersenyum jahil, kuhentikan
permainanku
“kau ingin aku melanjutkan...”aku
bertanya jahil,,,,oh Tuhan.... wajahnya benar-benar membuatku mabuk, rona merah
menggoda, tapi aku ingin sedikit menjahilinya, walau aku sendiri sebenarnya
sudah sangat tidak tahan
“he’en...”dia mengangguk manja
“kau tahu Luce, kau tidak pernah
memanggilku ‘sayang’, hanya aku yang memanggilmu demikian, kalau kau ingin aku
melanjutkan, kau harus memanggilku demikian...”kataku menunggu
“akh...benarkah..?’
Aku hanya tersenyum, oh Luce,
cepatlah.........
“sa-sayang.....ayo lakukan...”
Dan dengan segera aku menurunkan
underwearku, dan kulihat Lucy juga melepasnya punyanya. Penisku sudah sangat
menegang. Aku penuh percaya diri, karena ukuranku tentu saja lebih dari ideal,
panjang dan kekar. Dan dia, dengan jari aku membuka kemaluannya, ada rambut
tipis, namun bersih. ‘basah’ fikirku, dia sudah sangat basah. Entah ide dari
mana, aku malah menjilati kemaluannya
“akhhkkkkhhh....”dia
menggelinjang, dan aku semakin menjadi karena reaksi itu, aku ingat Natsu
pernah bercerita, bahwa Erza sangat suka saat klitorisnya di emut si kepala api
itu. Aku berusaha mencari mana yang namanya klitoris. Dan mataku menangkap
sebutir biji sebesar kacang, berarna merah menempel dibelahan kemaluannya yang
tampak berkedut-kedut. Meski lendir nya membuat kemaluan itu basah kuyup, aku
tidak merasa jijik sama sekali.
Kembali aku menjilati kemaluannya
dari bagian bawah, mungkin liangnya, perlahan, sengaja berlama-lama, dan
berhenti di biji yang mungkin klitorisnya, disitu aku memainkan lidahku dengan
ujung klitorisnya, “akh,..akhh...aknh......”dia semakin menjadi “Gray...apa
yang ka akh....kau lakukan.....”
“aku hanya ingin menjahilimu
Luce”jawabku, dan seperti baru sadar, dia melihat penisku
“ap-apa....?kenapa punyamu besar
sekali Gray?”tanya
“hei, apakah itu
penting...,sekarang, sejujurnya aku tidak tahu harus memasukkannya
kemana...”katanya sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal, malu juga
rasanya...
Dia tersenyum, lalu bangun dengan
posisi duduk, dan dia berpangku di atasku, aku agak kikik, Lucy cukup tahu,
mungkinkah...?
Lucy memegang penisku,
membelainya, aku gemetar saking menikmatinya, baru kali ini juniorku disentuh
oleh tangan selain tanganku, dan Lucy mengarahkan penisku ke selangkangannya,
menuju kelaminnya, aku memperhatikan, dan kurasa ujung penisku menyentuh
permukaan kelaminnya
“disini....”ujarnya singkat
Tanpa komando, aku menekan
pinggang Lucy, karena dia berada diatas pangkuanku, sulit jika aku yang
bergerak.
“hei, kau juga gerakkan
dong...”pintaku, aduh...aku benar-benar tidak tahan, ini enak sekali, akh....
Lucy melingkarkan tangannya
keleherku, dan dengan perlahan dia berusaha bergerak,
“akh...akh...”pelan namun
nikmat...”akh,,,,,,Gray....akh...ini sakit,,,,,”desah Lucy, namun masih
bergerak, aku juga mengimbangi iramanya
“engh....”aku mendesah, penisku
mulai terjepit, ini tidak seperti saat aku mengocoknya dengan tanganku sendiri
saat onani..”engh...nikmat Luce...enak....terus...Luce...terus....”
“akh.....”
“akhhh.....”
“Gray......”
“Lucy.....sayang...iya
terus...akh...engh...eng..engh.....”aku mengerang nikmat, kurasa kemaluan Lucy
menjepit penisku, sempit, dan sangat penuh,
“Gray...sa-...akit
Gray.....akh..akh.....” ‘cresh...’kurasa sesuatu yang hangat mengalir di
pahaku, dan kulirik darah segar menetes, ternyata Lucy masih perawan....
“Luce..?”
“kau yang pertama
Gray,,,ahk...akh,,,,,,”kami masih saling mengocok, dan sepertinya, penisku
telah tertanam penuh di dalam liang senggama Lucy, kurasa dinding liangnya
berkedut menjepit, kami berhenti sejenak, aku mengecup keningnya, lalu mata,
hidung dan bibirnya,
“terimakasih Lucy, aku
mencintaimu sayang....”kataku
“aku juga Gray,,,aku
menyayangimu....”
Dan kami melanjutkan dengan penuh
gairah, irama yang lebih cepat, dan desahan
“akh,,ahkh.. engh.. enhm..... .aknh...terusGray...Grya...Gray...terus
sayang ....akhn....,, angkhn.....nikmat...”Lucy menggila
“enghn...engh....kau juga enak
Lucy,,,,akh....sempit,,,ayo kocok lebih kencang,,,”
Dan kami membuat tempat tidur
seakan dihantam gelombang, bergetar hebat, derit-deritnya terdengar jelas
“akh....akh...aaaakkhhhhhhhhhhhhhh.....”Lucy
mengerang panjang, tanda dia telah klimax...
“enak Gray...?”tanyanya
“aku masih belum Luce....”kataku
kembali mengocok, tanganku meremas bokongnya, dan mulutku sibuk mengenyot
oppainya....
“akh..akh,,..gray...”Lucy kembali
bergairah
“terus Lucy...iya seperti
itu....”dia bergerak semakin kencang, tangan kirinnya masih merangkul leherku,
dan tangan kanannya menopang tubuh menidih pahaku, sambil terus
bergenjot-genjot.....
“enghn.....engh....”kurasakan
penisku mulai berkedut-kedut hebat, ..”Lucy,,aku akan keluar,,,”kataku bersiap
menarik keluar penisku, karena tentu saja aku tak ingin membuat Lucy hamil
sebelum kami menikah,,,
“jangan...engh..”dia
menahanku...”aku diluar masa subur kalenderku..” aku sedikit mengerti, karena
Natsu pernah menolak misi bersamaku ‘hei, ini diluar masa subur kalendernya
Erza, sayang kalau dilewatkan’, kurasa maksudnya sama yang dikatakan Lucy
“benarkah tidak
apa-apa....?”tanyaku sambil terus mengocok,,,”ak..aku sudah tidak tahan
lagi...”
“iya....keluar...engkh...akh...di
dalam...”
“angh...engh....engh....akh...Lucy..aku
mencintaimu....engh......” aku melonglong dan melenguh seperti serigala menatap
bulan penuh...keluar!, spermaku, kenikmatanku, kulepas di dalam liang rahim
Lucy, sungguh....nikmat......
Seketika aku lemas,, dan perlahan
kutarik penisku keluar, masih sedikit tegang.
“Lucy, terimakasih......” aku
menciumnya, dan menarik selimut menutupi kami berdua
“yah...Gray, kau hebat, aku juga menikmatinya,,,,terimakasih...”jawabnya
tersenyum sambil memelukku
“.. ‘sayangn’nya mana?”
Dan kamipun tertawa
pelan......selanjutnya kami tertidur,, lalu terbangun ketika tepat siang hari.
Sarapan dingin yang dibuat Lucy akhirnya kami santap sebagai makan siang,
setelah makan siang, kami melakukannya lagi, kali ini 2 kali..... Dan seharian
itu aku kami hanya terbaring ditempat tidur, meski mendengar suara Natsu
menggedor pintu rumahku, sepertinya dia tahu Lucy ada bersamaku, diapun pergi.
(seharusnya begitulah teman) fikirku. Sampai malam hari, kami melakukannya 5
kali,,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar ya.... ^-^