Fairy Tail ^Hiro
Mashima^
Genre : Romance
Pairing : Gralu
By : Acy_Lucy
“Mr.Arrogant”
chapter 1
IC/OOC(sukasuka saya
dong yah..kan saya writernya)
@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@
“Aku pergi
ya.....jaa...”teriakku meninggalkan rumah dan menuju sekolah.
“Lucy
hati-hati...”teriak ibuku dari dalam rumah.
“iya ma......”balasku
dan berlenggang pergi setengah berlari.
Ku lirik jam
dipergelangan tangan kananku, 06:15 pagi. Mungkin aku terlalu bersemangat. Ini
hari pertama disekolah baruku. Setelah selama 5 tahun aku sekolah di luar
negeri karena tugas ayah, akhirnya kami balik ke kota ini. Kota magnolia, kota
kelahiran ku, Lucy Heartfilia.
Meski baru 5 tahun aku
meninggalkan kota ini, ternyata banyak yang berubah selang jangka waktu itu.
Tentu saja aku tidak lagi mengenal orang-orang di kota ini. Hanya beberapa
kerabat dekat. Aku berharap di sekolah baruku dapat diterima dan berteman
dengan semuanya. Yah..semoga saja.
Hari ini aku memutuskan
berjalan kaki menuju sekolah. Makanya aku pergi lebih awal dari waktu masuk
sekolah. Karena jika berjalan kaki membutuhkan kurang lebih 40 menit. Aku ingin
kembali mengingat lekuk kota ini, kota yang pernah menjadi tempat ku bermain
ketika kecil, kota yang dulunya memberikan aku semua kehangatan persahabatan.
“Ehmmm ah....” aku menghirup udaranya dalam-dalam. Meresapinya disela-sela
pembuluh darahku, mencoba mengingat aroma khas kota ini.
Setelah berjalan cukup
lama, tidak terasa langkah kakiku berhenti disebuah gedung tinggi dan luas
dengan papan nama yang melebar membentang di tengah-tengah halaman, yang kurasa
biasanya digunakan untuk upacara bendera. Lucu jika mengingat negara ini masih
melaksanakan ritual negara seperti upacara bendera, tapi itu adalah salah satu
yang aku banggakan dari negara ini. Papan nama itu bertuliskan ‘FAIRY HIGH
SCHOOL’. Sekolah terbesar dan bertaraf internasional di kota Magnolia. Cukup
membanggakan ketika membacanya.
Tapi tentu saja aku
memilih sekolah ini tidak hanya karena alasan tersebut. Aku mencari seorang
teman semasa kecil. Sangat minim informasi yang kudapatkan, hanya terdengar
kabar burung kalau dia juga bersekolah di sini. Akh, terserahlah, kalau ketemu
ya berarti aku beruntung, kalau tidak ya sudah...fikirku akhirnya. Dan
memutuskan melangkahkan kakiku masuk melewati gerbang Fairy High School.
Terlihat beberapa
siswa berdatangan. Seragam yang bagus, fikirku. Dan aku masih mengenakan kemeja
santai dengan setelah rok pendek, dan ransel kecil. Karena diluar negeri kami
tidak harus mengenakan seragam, lagi pula seragamku disekolah ini belum
kuterima. Sontak saja aku menjadi pusat perhatian. Semua mata melirik ketika
aku melewati halaman sekolah menuju koridor panjang. Dan di samping kiri jalan
masuk terdapat tulisan petunjuk ruang komite sekolah. Iya, tujuan ku
pertama-tama adalah ruang komite. Dengan santai dan tidak memperdulikan mereka
yang melihatku aku melenggang melewati koridor itu.
.................................................................
Ketua dewan sekolah
Fairy High School, tanpa disangka adalah kerabat baik ayahku. Ini menyebalkan,
fikirku. Aku benci berada ditempat di mana ada orang yang mengenal keluarga
Hearfilia. Ah, sudahlah, lagi pula aku sudah terlanjur berada di sini.
“hn..Lucy..”suara
ketua dewan membuyarkan lamunanku
“iya sir?” kataku
seketika
“kau akan masuk ke
kelas X-1, karena kau pindah dipertengahan tahun ajaran, kuharap kau dapat
menyesuaikan diri. Kelas X disekolah ini terdapat 25 kelas, dan X-1 adalah
seleksi dari ke 25 kelas, tentu saja hanya orang tertentu yang dapat masuk
kelas X-1. Dan karena nilai-nilaimu selama diluar negeri cukup bagus, aku
memutuskan kau untuk masuk dikelas itu...” jelasnya panjang
“ah..iya tentu saja
aku akan berusaha sir....,etto boleh aku tahu namamu sir?”tanyaku akhirnya
“apa ayahmu tidak
memberitahukan namaku?”dia bertanya kembali
“sepertinya pernah
sir, tapi aku saja yang melupakannya...”ucapku sambil terkekeh
“mr.Makarov Dreyar,
panggil saja aku sir.Dreyar..”ucapnya penuh kesan bangsawan
“yes sir.Dreyar...”
.............................
Keluar dari ruangan
ketua dewan, aku di antar oleh seorang guru dengan rambut putih. Bukan karena
dia tua, tapi karena memang rambutnya putih. Dia memperkenalkan diri sebagai
Mirajene Strauss. Dia mengantarku memasuki kelas X-1.
Seketika aku langsung
menyapu wajah-wajah di kelas itu. Ada 25 kursi, jumlah siswa 23 orang, 1 kursi
kosong hanya terdapat tas tanpa ada siswa.
“baiklah, tolong
perhatiannya semua...” Mira sensei mulai bicara...”kita kedatangan murid
transfer, silahkan perkenalkan dirimu nak..”ujarnya lembut ke arahku.
“hai minna, aku Lucy, karena
pekerjaan ayahku aku kembali pindah ke kota ini, ku harap kita dapat berteman,
yoroshiku...”kataku singkat dan sedikit membungkuk mengakhiri perkenalanku.
“okey...kalian dengar
semua, jadi mulai hari ini Lucy akan bergabung bersama kalian, tolong
kerjasamanya ya...” mira sensei berseru
“hai...sensei...”
mereka serempak menjawab
“nah lucy, kursimu
disana ya...” Mira sensein menunjuk satu kursi di depan kursi yang kosong, tepat
di samping jendela yang menghadap lapangan olahraga yang cukup luas untuk
ukuran sekolah menengah fikirku.
.......................................................................
Jam pertama pelajaran
selesai, waktu istirahat ku manfaatkan untuk melihat-lihat sekolah.
“hai...” sapa suara
asing dari belakangku saat aku berjalan sendiri melewati entah ruangan apa.
Aku menoleh, dan
menemukan seorang gadis, dia sekelas denganku. Aku langsung mengenalinya.
“hai...” balasku
sambil tersenyum padanya
“kenalkan, aku Cana,
Cana Alberona, panggil saja Cana...” ujarnya lembut dengan nada suara yang
ringan
“hai Cana.....,aku
Lucy..”ucapku
“yah, aku tahu, kau
sudah memperkenalkan diri tadi kan..”dia tertawa sekilas, dan berjalan
melewatiku,”mau kuantar berkeliling Lucy?” lanjutnya bertanya
“i-iya..tentu saja,
terimakasih, aku sangat tertolong, sekolah ini luas sekali, aku takut
tersesat...”kataku sambil menyusulnya berjalan disamping Cana
“ sekolah ini memang
luas, tapi kau tidak akan tersesat jika sudah pernah melewatinya satu kali.
Oya, dari perkenalanmu tadi, sepertinya kau sudah pernah tinggal di kota ini
ya?” tanyanya
“iya, benar sekali,
aku lahir dikota ini, saat aku kelas 5 sekolah dasar, ayahku pindah tugas, dan
aku mengikutinya, dan sekarang kami kembali lagi...”jelasku
“ha..souka, sudah ku
duga, karena tadi pagi aku melihatmu berjalan kaki sendiri. Seseorang yang baru
pertama datang ke kota ini pasti tidak akan melakukan hal itu”. Ujarnya ketika
kami melewati sekelompok siswa yang sedang berkumpul di depan rungangan X-14
“Cana, apa kau
mengenal seseorang bernama gray?”tanyaku tidak sabar lagi ingin mengetahui
keberadaan teman lama ku itu.
“Gray?gray
yah.....?hanya ada satu orang bernama Gray disekolah ini, dia salah satu anak
terpandai dikelas kita. Akh jika kau lihat kursi kosong di kelas tadi, itu
adalah miliknya. Selain cerdas, dia juga ketua Osis disekolah ini. Pencetak
rekor baru anak kelas X yang berhasil menjadi ketua osis dengan mengalahkan 75
kandidat. Dah.....ha....dia sangat keren, kau tau maksudku, tampan, jago
olahraga, dan sikapnya yang dingin itu membuat siapa saja akan histeris
melihatnya. Siswa terbaik dan terfavorit guru disini...” kulihat binar matanya
menjelaskan dia juga salah satu penggemar murid bernama gray ini.. “apa kau mengenalnya Lucy?” akhirnya dia
menyadari keberadaanku.
“sepertinya tidak,
Gray yang kumaksud tidak mungkin dia......”ujarku sambil tertawa.
Gray teman kecilku tidak mungkin Gray yang
dimaksud Cana. Gray teman kecilku adalah anak paling cengeng dan lemah, hampir
setiap pulang sekolah dia dikerjai murid lain, menangis hingga sore hari, dan
aku selalu mengantarnya pulang. Anak yang tidak tahu apa-apa selain merengek
dan menangis. Sangat manja dan menyebalkan, selalu dijauhi teman yang lain.
Yah....dia mungkin tidak disini. Fikirku akhirnya.
Karena melamun aku
tidak memperhatikan langkah kakiku, dan..
Bruukkk...
Kurasakan aku menabrak
sesuatu, menyebabkanku kehilangan kestabilan dan terjatuh, tepat pada saat yang
sama seseorang mengulurkan tangan melingkari pinggangku dan menahan berat
tubuhku agar tidak jatuh. Detik yang membuatku tidak dapat mencerna keadaan.
“hai nona, sepertinya
kau perlu tahu peraturan sekolah ini akan kewajiban seragam, dan bagaimana
cara berjalan yang benar, oya, satu lagi
cara meminta maaf dan berterimakasih....”ucap suara asing dari pemilik tangan
yang menyelamatkanku
“i-iya maafkan aku,
dan terimakasih...”kataku segera menunduk karena merasa bersalah. Dan ketika
aku mendongakkan wajaku tepat dihadapanku berdiri seorang pria dengan wajah
yang sangat tampan dan tersenyum...menyeramkan kearahku...’Gray’ (sontak
fikiranku langsung mengucapkan nama itu, tapi mulutku terkunci untuk
memanggilnya)
“hei Gray, dia murid
Transfer yang baru pindah hari ini, dan seragamnya siang nanti baru kita
terima” ujar seorang pria disampingnya. Pria yang membawa beberapa berkas yang
entah apa itu, memiliki tampang lugu dan lembut dengan rambut merah jambu yang
mencolok, dan syal putih yang tersampir di lehernya.
“oh, begitu yang
Natsu, baiklah, karena masalah seragam adalah tanggung jawab kami, kau
kulepaskan hari ini...”ujar pria yang dipanggil Gray, kemudian dia melangkah
pergi melewatiku.
“G-Gray....” suara ku
keluar lebih seperti berbisik
“ya...nona...”dia
berhenti tepat dihadapanku “aku Gray Fullbuster ketua Osis di sekolah ini, dan
jika kau tidak keberatan bisa beri aku jalan, karena kau menghalangiku..”
Refleks kakiku
melangkah kesamping memberinya ruang untuk lewat.
“kau baik-baik saja
Lucy?”tanya Cana yang dari tadi menegang memperhatikan kejadian yang kualami,
aku hanya mampu mengangguk.
“gomen Lucy, aku belum
sempat memberitahumu, dia terkenal dengan ketua osis yang brutal, dan...seperti
yang kau lihat tadi, meski banyak yang mengaguminya, tak seorang pun berani
menentangnya, termasuk para guru disini..”jelas Cana dengan nada khawatir “dan
aku sarankan jangan coba-coba berurusan dengannya untuk hal yang tidak
penting,kau hanya akan berakhir dengan detensi berat..”lanjutnya
“i-iya...tidak apa-apa
Cana, aku hanya sedikit terkejut, tentu saja aku tidak akan berurusan dengan
dia..,hnn..dia cukup menyeramkan...”aku berusaha tersenyum agar Cana tidak
khawatir.
Dia Gray.......Otakku
menegaskan hal itu
.....................................................................
Hari kedua sekolah
Hari ini aku pergi
diantar supir pribadiku. Dan seragam yang kuterima kemarin sudah kukenakan.
Lumayan.
Ah...fikiranku masih
berkecamuk pasal Gray. Aku yakin dia adalah Gray teman kecilku, tapi kenapa
beda banget.
Jam pertama pelajaran
dimulai. Gray mengisi tempat duduknya dibelakangku. Diam dan tidak sedikitpun
menyapa. Jika aku mengingat dan mengenalnya,
mustahil dia tidak mengenaliku. Atau mungkin dia mengalami kecelakaan
trus amnesia dan melupakan ingatan masa kecilnya dan berubah jadi sekeren
sekarang. Atau dia terkena pikun dini?.
“Lucy mungkin kau bisa
mencoba mengerjakan soal ini?” Erza sensei yang mengajar palajaran Fisika
menyadarkan lamunanku. Sial, aku tidak dapat konsentrasi.
Akhirnya aku maju ke
depan kelas, kuperhatikan bentuk soal turunan dengan mencari percepatan dan
gaya sebagai hasil akhir dari energi yang diperlukan. Ok ini mudah fikirku. Aku
sudah mengusai bentuk soal ini disekolahku yang lama. Dengan mudah aku
mengerjakan soal tersebut dan kembali duduk.
Ketika berjalan menuju
tempat dudukku, sekilas kulihat Gray menatapku, lalu segera mengalihkan
perhatiannya. Aneh.
Jam istirahat siang
aku pergi ke kantin bersama Cana, Levy dan Wendy. Mereka berada dikelas yang
sama denganku. Kami mengambil beberapa makanan dan duduk dimeja yang berbentuk
lingkararan.
“hnn...Lucy chan,
boleh aku tanya sesuatu?”Levy membuka pembicaraan setelah sejak tadi dia terus
bertanya tentang rumus penyelesaian dari soal yang kukerjakan tadi. Menurutnya
itu lebih ringkas, namun lebih sulit.
“ya,...tentu saja
Levy..”kataku tersenyum, aku dan Cana menatapnya menunggu pertanyaan.
“boleh aku tahu arti
lambang dipunggung tanganmu ini?”tanyanya sambil melihat lambang di tangan
kananku
“ini?haha..., tidak
begitu spesial menurutku. Ketika aku kecil, mungkin sekitaran 7 atau 8 tahun,
orang tua ku menempatkanku dalam suatu perkumpulan bela diri, Fairy Tail, dan
ketika melewati tahun pertama kami diberikan lambang ini pada masing-masing anggota,
dan aku memilih menempatkannya dipunggung tangan. Dan anehnya lambang ini tidak
mau hilang, seperti menyatu dengan kulitku...”jelasku
“tidak bisa
hilang?”tanya Levy dengan ekspresi takjub
“iya, padahal aku kira
dulunya ini hanya tato semipermanen, yang ketika beberapa waktu akan hilang,
ternyata tidak..” ujarku sambil mengunyah makananku
“aku tidak tahu ada
yang seperti itu....”Cana berkomentar “jika itu tato permanen sekalipun, pasti
akan pudar karena pertumbuhanmu Lucy...”
“yah....awalnya aku
heran, Lambang ini seperti ikut tumbuh, tidak memngecil karena
pertumbuhanku...tapi lama-kelamaan aku jadi terbiasa dengan lambang ini.....”
kataku tersenyum
“jadi semua anggota
bela diri yang ikut akan memiliki lambang yang sama ya?”tanya Levy,
Sontak membuatku
teringat, bahwa Gray juga mengikuti bela diri itu karena dipaksa ibunya. Karena
begitu bersemangat aku langsung berlari meninggalkan Cana dan Levy yang
terlihat bingung. Aku berlari langsung menuju ruang osis.
Sesampainya kulihat
ruangan itu tertutup. Dan aku membukanya dengan begitu kuat, hingga kedua belah
pintu terbuka bersamaan. Kudapati mereka sedang mengadakan rapat. Seluruh
anggota osis diruangan itu melihat kearahku, dengan tatapan heran, bertanya,
dan sebagainya.
“kuharap kau punya
alasan bagus sudah mengganggu rapatku nona?”suara dingin itu berasal dari Gray
Aku termenung. Lupa
dengan apa yang ingin aku katakan dan kenapa aku berada disini. Aku berharap
seseorang datang dan menarikku pergi dari tempat ini. Aarggh.....tidak!!
Gray berjalan menghampiriku.
Dari raut wajahnya, tak seorangpun di ruangan itu berani batuk, bahkan ada yang
menahan nafas. Dia berjalan mendekatiku, herhenti tepat dihadapanku. Memajukan
wajahnya hingga hidungnya hampir menyentuh hidungku. Aku gemetaran hingga tak
mampu mengedipkan mata.
“hn?”gumam pendek yang
mengartikan banyak hal terdengar dari dalam tenggorokkannya
“k-kau Gray kan, Gray
si Anak Cengeng penakut dan..”tiba-tiba dia membekap mulutku, dan berbalik
menghadap anggota lainnya
“baiklah, sepertinya
aku ada sedikit urusan dengan wanita ini, jadi semuanya keluar karena rapat
dibatalkan”....suaranya memenuhi ruangan
Tanpa ada seorangpun
yang bertanya, mereka langsung meninggalkan ruangan itu. Tersisa anak yang
bernama Natsu yang segera membereskan berkas-berkas dan menyimpannya di dalam lemari. Kemudian
berjalan pergi. Ketika tepat disamping kami, dia bicara..
“kuharap kau tidak
mempersulit keadaan Gray..”katanya sambil berlalu.
Aku diam tak
bergeming, tubuhku beku. Membatu ketika dibekap nya. Lalu Gray menutup ruangan
itu dan menarikku menuju sebuah ruangan yang lebih kecil seperti kantor atau
lebih tepatnya ruangan istirahat. Dia menarikku dengan kasar dan menghempaskan
tubuhku di sofa. Lalu berdiri menghadapiku
“kau mau apa?” dia
bertanya tidak jelas
“maksudmu?”aku balik
bertanya
“segitu ingin kah kau
mengingatkanku tentang masa kecilku ha?!”dia membentakku kuat, hingga suaranya
mengaung di ruangan kecil itu.
“hei....HEI!!! “ aku
balas membentak setelah bisa menguasai diri “Jangan membentakku!! Aku hanya
ingin memastikan bahwa kau adalah teman masa kecilku! Dan aku bertanya-tanya
kenapa kau tidak mengenaliku?!!” lanjutku penuh amarah, dan kulihat amarah
diwajahnya turun
“k-kau?!” dia bertanya
tidak jelas lagi
“kau tidak
mengenaliku?atau pura-pura tidak mengenaliku??!” tanyaku kasar dan berdiri
menghadapnya
“hehehe..hahhahaa....”
dia tertawa....membuatku merinding “aku tidak mengenalimu?kau bilang aku tidak
mengenalimu?” dia maju mendekatiku, mendorongku hingga kembali terjatuh di
sofa, aku terdiam melihatnya.
Dia mengunci kakiku
dan duduk dipangkuanku “kau bilang aku tidak mengenalimu Luce...?” dia bertanya
lagi. Ok kali ini aku takut.
“i-iya....karena kau
tidak pernah menyapaku Gray....”ujarku
Dia mendekatkan
wajahnya “bagaimana aku bisa melupakan wajahmu Luce, selama 5 tahun ini kau
membuatku gila, kau tahu...”suaranya melemah, hampir seperti bisikan, dan aku
memalingkan wajah karena dia membuatku benar-benar gugup.
Gray menarik daguku
dengan tangannya...”bagaimana kau bisa bilang aku tidak mengenali wajah ini
ha?! “ desisnya pelan, lalu dengan sigap dia menciumku, melumat bibirku dengan
lembut, kepala ku terlalu pusing untuk mengartikan situasi ini. Yang kutahu ini
manis. Aku membalas gerakan bibirnya, kurasakan tangannya menyentuh kepalaku,
dan lidahnya masuk ke dalam mulutku, melumat bibirku dengan gerakan yang mulai
kasar, semakin dan semakin bernafsu, desah nafas beratnya terdengar memburu,
aku tidak dapat mengimbanginya lagi. Dia membaringkanku dan menindih tubuhku.
Melumat bibirku dengan kasar, tangannya bergerak membuka kancing bajuku.
Ciumannya berpindah ke leher, semakin ganas menjilat dan mengecupnya kuat.
Tidak. Ini tidak boleh, fikirku meronta...tapi tubuhku beku, dia terus
menggeranyangi tubuhku.
“TIDAKK....!!”
teriakku mendorong tubuhnya kuat hingga dia mundur.
Dia menatap ku, sulit
mencerna tatapannya. Fikiranku berkecamuk, dan kurasakan panas di wajahku
mengalir lembut tetesan bening dari ujung mataku. Dia tersentak, aku juga.
Dengan sigap aku beranjak dan berlari keluar sambil membenarkan bajuku yang
cukup berantakan. Aku terus berlari. Sepertinya jam pelajaran sudah dimulai.
Koridor dan kantin tampak kosong. Aku berlari, bingung ke mana, akhirnya tanpa
sadar aku sudah berada di kebun belakang sekolah. Aku berjongkok di bawah salah
satu pohon. Mengatur nafasku dan mencoba mengendalikan diri. Ini tidak benar,
dia buka Gray yang ku kenal. Bukan Gray yang kucari, dan jelas bukan Gray teman
masa kecilku.
Tanpa terasa air mata
terus mengalir, aku juga bingung apa yang sedang aku tangisi. Aku mencengkram
erat bajuku. Masih ketakutan dengan apa yang terjadi tadi. Tapi mengapa tadi
aku menikmatinya. Aku memaki dan menyumpah diriku sendiri.
Tik...tik...tik...
Air hujan berjatuhan
dari langit, perlahan membasahi tubuhku di bawah rimbunan pohon. Aku
membiarkan air hujan menyatu dengan air mataku, agar tersamar jejak kesedihan
yang datang entah dari mana.
Dia mengenaliku,
Luce?Luce?Luce? dia memanggilku seperti itu, dan hanya Gray teman kecilku yang
memanggilku demikian. Tapi....tapi kenapa dia kasar padaku, pura-pura tidak
mengenaliku, membentak dan...dan ....
Aku meronta melarang otakku
memikirkan kejadian tadi. Sementara air mataku terus mengalir, hujan juga
semakin deras. Aku duduk mendekap lututku. Seperti ketakutan entah akan apa.
Kubenamkan wajahku dalam-dalam dan aku menangis sejadi-jadinya. Hingga
kurasakan tubuhku gemetar hebat, ada ruang tersayat di dalam hatiku yang
berteriak. Ini menyakitkan.
“Luce......” ilusiku
secara samar membentuk suara Gray , aku benci ketika diriku begini.
“Luce.....” suara itu
lagi, dan kali ini membuatku mendongak, dan aku mendapati gray berjongkok
di sampingku
Refleks tubuhku mundur
menjauh dan gemetar. Mataku menolak melihatnya. Hatiku meronta menolaknya,
tubuhku bereaksi dengan memalingkan wajah darinya.
“go-gomenne Luce,
aku..aku keterlaluan padamu. Tak apa jika kau marah padaku. Jika membuatmu
lebih baik, kau juga boleh memukulku” hujan membuyarkan semua suara alam, tapi
aku jelas mendengar suaranya. Menusuk kuat hatiku.
“aku...”dia maju
mendekat masih dalam posisi berjongkok “aku tahu kau akan pindah ke sekolah
ini, aku bahkan tahu hari kepulanganmu kembali ke negara ini. Aku yang
menyiapkan seragammu, tanpa perlu mengukur tubuhmu, aku juga yang meminta ketua
dewan menempatkanmu di kelas yang sama denganku, aku....(dia mencengram
rambutnya) aku menunggumu selama ini Luce, kau tahu, aku melakukan semua ini
agar ketika kembali bertemu denganmu aku memiliki hal yang dapat kubanggakan,
aku malu dengan aku yang dulu Luce, itu sebabnya aku tidak ingin kau mengingat
dan membandingkan aku yang sekarang. Aku ingin kau melihatku sebagai seorang
pria sekarang Luce. Aku....aku merindukanmu......”ujarnya mengakhiri penjelasan
panjangnya.
Perasaaan hangat
mengaliri tubuhku. Seakan aku sedang berendam di pemandian air panas.
“maaf, karena aku
tidak dapat menahan nafsuku, aku normal Luce, dan di hadapan orang yang sangat
kucintai aku tidak dapat menahannya, aku takut melukaimu sekaligus ingin
memilikimu....”dia mendekat dan meraih tangan kananku dan mencium lambang Fairy
Tail. “kau tidak tahu betapa aku merindukanmu.....”
Aku mencoba
menatapnya, perasaan takut dan marah tadi buyar seketika seperti air hujan yang
menyapu debu.
“ta-tapi...”ucapku
hampir tidak bersuara
“sstt.....” dia
mengusapkan jempolnya di bibirku “aku janji tidak akan menyakitimu lagi,
maafkan aku dan beri aku kesempatan Luce??” dia menatapku
Aku diam juga
menatapnya. Banyak yang ingin aku sampaikan padanya. Banyak ...namun tak
satupun dapat keluar dari mulutku. Dan diamku sepertinya berarti iya buatnya.
Karena perlahan dia mengecup keningku, merangkul tubuhku ke dalam dekapan
dadanya.
“percayalah padaku
Luce....”
Aku hanya
mengangguk...
Dia melepaskan ku, dan
membuka kemeja nya, lalu menutupi dadaku dengan bajunya. Aku baru tersadar,
pasti hujan membuat bajuku basah dan pakaian dalamku kelihatan.
Dan aku melihat
lambang Fairy Tail di dada kanannya. Aku tersenyum, ternyata dia memang Gray.
Dan kulihat wajahnya seketika memerah. Kemudian dia memelukku erat.