Minggu, 23 Februari 2014

Love Me, As Much As You Want, Because I’m yours (NaLu)

Fairy Tail ^Hiro Mashima^

Genre : Romance

Pairing : Nalu

By : Acy_Lucy

warning> R18/rated M//

“Love Me, As Much As You Want, Because I’m yours”

@@@@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@@@@

Di sebuah kafe, meja yang terletak di sudut ruangan kafe yang terlihat lengang itu membuatku merasa nyaman untuk menunggu. Sambil membaca sebuah buku yang baru kemarin ku beli. Terdengar langkah kaki bersemangat yang sudah akrab menderap di telingaku, walau tidak menoleh aku tahu siapa yang datang.

“hei Lucy, maaf membuatmu  menunggu lama...”suara yang menghampiriku tersebut terdengar sedikit menyesal

“tidak masalah Natsu, aku juga sedang asik membaca, dan sambil menunggu, aku dapat membaca lebih banyak...”ujarku melepaskan kaca mata biasa yang membantuku membaca, menutup buku di tanganku setelah sebelumnya memberi batas sampai mana aku membaca.

Aku mendongakkan kepalaku, dan melihat sosok kekasihku yang sangat kontras dengan warna rambut pinknya dipadu rompi hitam yang dikenakannya.

“mana Happy...?”lanjutku

“yeah...ini kencan kita, aku tak ingin Happy lagi-lagi mengganggu...”ujarnya sembari menarik kursi di sebelahku untuk duduk

“kurasa tidak terlalu mengganggu ..”

“hei Luce, ingat yang dilakukannya untuk kencan kita beberapa kali yang lalu, semua hanya di habiskan dengan mencarikannya ikan segar untuk dimakan dan dibawa pulang...”dan sudut matanya tampak mengingat lekat hal itu

Memang benar, selama ini Happy sering ikut disetiap kencan kami, dan yah...seperti biasa, kami menjadi seperti orang tua yang harus menghibur anaknya ketika akhir pekan. Padahal sulit sekali mencari waktu luang untuk mengadakan kencan berdua seperti ini. Ada bagusnya juga ku fikir. Sebenarnya aku juga tidak enak untuk meninggalkan Happy, karena Natsu jarang sekali berpisah dengannya sejak Happy menetas.

“oya..akan ke mana kita?” tanya ku

“aku tidak terfikirkan tempat spesial, hanya aku terlalu sibuk memikirkan akan bersamamu. Ya...memikirkannya saja membuatku begitu bahagia...” gaya Natsu yang seperti ini tidak akan dia tunjukkan pada siapapun di guild, wajah nya yang imut, manja dan sedikit gombal ini hanya aku yang tahu.

Sejak 4 bulan yang lalu kami jadian. Setelah beberapa hari sebelum itu dia menyatakan perasaannya padaku. Sepintas aku mengingat kembali kenangan saat aku menetapkan hati dengan memberitahukan perasaanku pada Gray waktu itu. Cukup memalukan menurutku, namun dengan demikian aku jadi tahu bahwa Gray memang sedang menjalin hubungan dengan Juvia. Dan aku cukup puas mendengar jawabannya, walau sangat terluka, Natsu datang dan mencoba menghiburku. Dan tentu saja aku mulai menyukai Natsu, dan kini pria dengan Sihir api Dragon Slayer ini adalah kekasihku.

Di luar misi, kami tidak dapat terlalu bermesraan. Ya tentu saja nakama  di guild tidak akan membiarkan hal itu terjadi, mereka selalu ada alasan untuk mengganggu pasangan yang terlihat akan bermesraan. Aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena Natsu selalu memiliki cara untuk bersamaku tanpa diganggu yang lain.

Tiba-tiba sebuah kecupan ringan mendarat dibibirku...hangat dan lembut, seperti cake keju yang baru matang.....

“aku merindukanmu Lutty...”ujar Natsu setelah memberikan ciuman kilatnya, mata dengan warna membara itu meresap ke hatiku, memberikan kehangatan yang nikmat, aku tersenyum...

“bahkan setelah selama ini kau masih tidak dapat menyebut namaku dengan benar otak api?” sergahku, walau ku tahu itu adalah caranya membuatku merasa nyaman

“ha? Bukankah aku sudah benar menyebutnya?”Natsu memasang wajah begonya

“baka..!” ujarku tertawa, di saat seperti ini tidak ada gunanya berdebat dengan dia, batinku

“mengapa kau tidak memesan sesuatu untuk dimakan?”tanyanya kemudian

“aku menunggumu untuk memesankannya untukku...”ujarku pendek, meletakkan buku yang sedari tadi masih di tanganku.

“begitukah,,..”dia melirik dan tersenyum dengan senyuman khas yang ku suka, menarik sedikit ujung bibirnya kearah atas, dan hanya beberapa gigi yang terlihat. Benar-benar membuatku bahagia.

Diapun memesan makanan dan minuman. Menu yang sama dengan double pesanan. Kami berbincang ringan, sesekali Natsu tampak intens memandangku, yang tentu saja meski kami sudah cukup lama bersama, tetap membuatku salah tingkah.

“hei...matamu itu dapat menelanku...”kataku akhirnya, dia tersenyum

“mataku ga punya gigi Luce, dan lagi menikmati wajahmu saja sudah lebih dari cukup, tidak harus menelannya...”ejeknya

“jadi kau berniat menelanku?”

Dia tertawa lepas..”tentu saja, itu kalau kau mau...”

“hei...aku bukan makanan...”

“nah, karena itu, aku hanya akan memandangmu....”katanya melanjutkan kembali mengunyah makanan yang tinggal sedikit dipiringnya itu

“selamanya...”lanjutnya dengan senyuman

“itu tidak akan terjadi kalau aku sedang di kamar mandi Nat....”kataku yang membuatnya tersenyum

“sejujurnya itu sudah terjadi Honey..” dan senyum licik menyungging di bibirnya

“apa?!” aku kaget

“tidak sulit bagiku...”

“dasar penguntit...!”sergahku

“hei...aku menguntit kekasihku, tidak masalah kan..”katanya enteng, dan piring sebelahku tampak telah digesernya ke arah depan, tanda dia telah selesai makan

“ah..kau licik mesum!”

“aku hanya mesum padamu nona...”dia mengarahkan pandangannya ke arahku “dan jika kau mau, kau juga dapat melihat tubuh indahku ini...”lanjutnya dan kali ini dengan gaya sok keren yang membuatku tertawa

“kenapa kau tertawa?”tanyanya berpura-pura bingung

Aku mencoba menekan kelucuan yang kutertawakan “tidak, hanya saja kau terlihat lucu....”

“ah sudahlah, habiskan makananmu nona...”katanya seraya mengarahkan pandangan ke piring dihadapanku yang masih menyisakan makanan

Dengan sisa-sisa tawaku, aku mencoba melanjutkan menghabiskan makanan yang tinggal sedikit, namun aku sudah kehilangan minat untuk menghabiskannya. Dengan susah payah ku habiskan juga makanan ini, kudorong piringnya menjauhi tubuhku dan menenggak minuman. Aku hendak menyeka mulutku dengan serbet, lalu tiba-tiba lagi Natsu sudah menciumku, menyesap cairan yang tersisa di pinggiran bibirku....

Dia tersenyum nakal...

“hei bukankah mereka akan melihat ..”kataku mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kafe, mengingatkannya kalau kami tidak memiliki tempat itu secara pribadi

Dan dia kembali tersenyum enteng, seakan hal yang dilakukannya barusan adalah hal yang biasa yang tidak akan mengundang perhatian pengunjung lain.


Kami keluar dari kafe setelah Natsu membayar pesanan kami tadi. Dia jadi lebih bijak menyisakan uangnya untuk digunakan pada saat-saat seperti ini. Tidak pernah membiarkan aku membayarkan untuknya. Mungkin karena naluri lelakinya. Fikirku.

Hari yang cerah dimusim semi, awal musim ini tampak menyegarkan, dan sakura sepertinya tidak mau ketinggalan menambah keindahan dunia ini. Aku mengenakan baju santai, berlengan pendek yang lumayan longgar dengan sedikit renda dibagian dadanya, agar terlihat manis, aku menambahkan pita yang dililitkan dileherku, dipadukan dengan rok kembang selutut agar aku mudah bergerak.

Pria disebelahku ini, seperti biasa, selalu memadukan pakaiannya dengan warna rambutnya, serta rompi khasnya. Hari ini dia tidak mengenakan syal kesayangan yang diperoleh dari ayahnya. Mungkin karena cuaca yang cerah, syal itu tidak cocok untuk dikenakan bersantai. Walau hanya warna khas ini yang digunakannya, setiap kencan, pakaiannya tampak rapi dan dari garis-garis yang terbentuk, aku dapat tahu butuh waktu lama untuk menyetrikanya. Aku sedikit tersenyum melirik Natsu yang kini berjalan santai di sebelah kananku.

Kami berjalan tanpa tujuan yang pasti, hanya berjalan berdampingan. Membicarakan nakama lain yang saat ini pasti sedang membuat keributan di guild, atau Erza yang saat ini juga berkencan bersama Jellal. Juga menerka-nerka apa yang sedang dilakukan Happy tanpa Natsu, dan bagaimana Happy selalu salah tingkah jika berhadapan dengan Charlie.
Tak terasa langkah kami menuntun ke arah pinggiran sungai dengan rumput hijau yang membentang. Sungai yang berbentuk bendungan ini merupakan tempat yang terabaikan sejak kota membuka banyak taman hiburan. Padalal dulunya adalah tempat bersantai keluarga di akhir pekan. Dan dihari-hari seperti ini, mereka lebih suka menghabiskan waktu di taman hiburan yang meyediakan fasilitas lengkap, seperti tempat bermain dan tempat makan. Pinggiran sungai ini tampak lengang, hanya terdapat beberapa anak kecil yang baru mulai belajar menaiki sepeda kecilnya. Mungkin aman jika terjatuh di atas rumput lembut ini. Fikirku.

Natsu menggandeng tanganku, sepertinya sudah lama dia ingin melakukannya, hanya saja baru sampai ditempat ini dia menjadi leluasa. Aku sebenarnya juga menantikan hal itu. Aku membalasnya dengan menggenggam jemarinya.

“yah..akhirnya kita hanya berkeliling tidak jelas seperti ini..”gerutunya

“ya... Natsu banget...”ujarku tanpa menoleh

“hei..lutty, apa maksudnmu?”dia menoleh ke arahku

“bukankan kau selalu seperti ini jika Happy tidak ikut, kau seperti kehilangan tangan kananmu Nat...”kataku mengejek

“akh...tidak ada hubungannya dengan Happy...”

“kita pulang saja yuk...”ajakku

“tapi masih terlalu awal Lucy...”Natsu tampak enggan

“tidak apa-apa, kurasa berdiam di sini juga tidak menarik...”

Natsu menyerah, sedikit semburat kecewa tampak diwajahnya. Aku mencoba menghiburnya dengan mengecup lembut pipinya, dia menoleh...

“itu curang...”katanya

“hoeh...kenapa curang..?”kataku bingung

“aku sudah menciummu di bibir dua kali, dan kau hanya menciumku di pipi...kau curang Luttei...”katanya mendelik

“baka!”aku menjitak lembut kepalanya

Dan kamipun berjalan pulang.

Menuju rumahku, tak terasa langit sore sudah mulai meredupkan sinar matahari. Tak berapa lama kami sampai di rumah kontrakkanku yang terletak sekitar 2 km dari guild. Karena sudah terbiasa, Natsu langsung ikut masuk ke dalam kontrakkan yang cukup besar untuk sebuah kamar, namun terbilang kecil jika disebut rumah.

“apa kau menulis lagi..”tanyanya sambil memposisikan duduk di sofa yang kutata menyerupai ruang tamu, namun hanya menyediakan 3 kursi

“ya...tidak terlalu sih, karena belum ada ide lagi, jadi hanya mengembangkan cerita yang telah ada saja...”

“beri aku sesuatu Luce, aku inikan tamumu.....”katanya

“apa kau mau minum sesuatu yang dingin?”tanyaku sembari membuka kulkas....

“hei, minuman dingin tidak berpengaruh di tenggorokanku....”katanya menghampiriku, menarik tanganku yang memegang pintu kulkas, dan mendorong pelan tubuhku hingga kulkas itu tertutup..”aku ingin kau Luce...”lanjutnya..

Dan seketika itu juga dia melumatkan bibirnya kebibirku, lembut dengan ahli dia memanut bibirku, tidak seperti pertama kali kami berciuman. Saat itu kami sama-sama tidak tahu melakukannya, karena sama-sama baru pertama, suasana menjadi sangat tengang. Dan kami kadang menertawakan masa itu.

Aku membalas ciumannya dengan membuka sedikit mulutku, agar dia dapat leluasa memainkan bibirku. Tangan kiri kuletakkan di belakang kepalanya, mencoba meremas rambut pinknya yang mencolok itu. Dan kurasakan gairahnya bertambah. Tangannya yang sedari tadi memegang tangan kananku kini juga berada dibelakang rambutku, membelainya lembut. Kurasakan salivanya memasuki mulutku bersama dengan lidahnya yang dengan hati-hati menjelajah isi dimulutku. Akhirnya lidahnya menemukan lidahku, menuntunnya memainkan lidah kami. Aku mengikuti iramanya, kini kedua tanganku melingkari lehernya. Ciumannya menderas, dan kurasakan kini dia telah mengecup leherku, lembut namun tegas. Seakan memberitahuku bahwa dia juga ingin aku menikmatinya. Tentu saja aku menikmatinya, bahkan walau itu hanya kecupan biasa, namun kini aku menyanginya, dia kini kekasihku yang selalu membuatku bahagia dengan kenakalannya.

Aku meremas kepalanya, dan dia menggiring tubuhku ke arah tempat tidur. Aku menurut saja, walau masih dapat menguasai diri, aku membiarkan hal ini terjadi, lagipula kami sudah cukup lama berhubungan untuk melanjutkan ketingkat lebih dari ini. Dia membaringkan tubuhku dengan perlahan. Kehangatan menjalari tubuhku, sepertinya tetes keringat mulai keluar dari pori-pori kulitku, membuat suasana lengket. Aku terbawa gairah panas Natsu.

Aku mencoba menarik lepas rompi Natsu, memberinya kode bahwa aku juga menginginkannya, dan dia melepaskan pita yang melilit leherku sedari tadi. Aku tersenyum sekilas ketika dia menatapku. Wajahnya terlihat gugup. Aku yakin ini juga kali pertama untuknya. Senyumku mungkin sedikit memberinya keberanian, karena dia sekarang menarik bajuku untuk dilepas, dan kini aku tinggal memakai bra. Entah kenapa aku hari ini memilih memakai bra manis, dengan renda, dan hanya sedikit menutupi payudaraku.

Natsu kembali mencium lembut bibirku, lalu turun ke leher, mengecup tenggorokankanku dan berakhir di dadaku yang empuk. Mengecup pinggir gundukan putih itu, dan tangannya menggerayangi penggungku mencoba mencari pengait bra dan melepasnya, tampaklah dua buah dada kembar milikku. Aku yakin memiliki ukuran yang memuasakan, Natsu tampak kaget, namun kembali segera mencumbuku, menyesap lembut puting susu kananku, lalu..

Tiba-tiba dia berhenti, aku bingung, kenapa? Apa yang salah...? fikirku.

“maaf Luce, aku sangat ingin melakukannya, namun, aku akan merasa bersalah jika kita melakukannya sebelum menikah, aku seperti sangat jadul ya....”ujarnya kebingungan, walau kecewa, aku dapat menerima alasannya, dan aku tersenyum

Dia mengecup keningku, mendamaikan gemuruh nafsu kami berdua. Dan senja itu kami habiskan dengan menonton acara yang tidak jelas, namun aku bahagia. Inilah Natsu, , Kekasihku....., jika bukan Natsu, tidak mungkin dapat menekan gairahnya ditengah-tengah permaianan tadi. Aku memandangnya lekat, dan dia menoleh..
q

“aku memang tampan Lucty...”katanya yang membuat kami berdua tertawa lepas......

Mr.Arrogant (chapter 1)

Fairy Tail ^Hiro Mashima^

Genre : Romance

Pairing : Gralu

By : Acy_Lucy

“Mr.Arrogant”

chapter 1
IC/OOC(sukasuka saya dong yah..kan saya writernya)

@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@

“Aku pergi ya.....jaa...”teriakku meninggalkan rumah dan menuju sekolah.

“Lucy hati-hati...”teriak ibuku dari dalam rumah.

“iya ma......”balasku dan berlenggang pergi setengah berlari.

Ku lirik jam dipergelangan tangan kananku, 06:15 pagi. Mungkin aku terlalu bersemangat. Ini hari pertama disekolah baruku. Setelah selama 5 tahun aku sekolah di luar negeri karena tugas ayah, akhirnya kami balik ke kota ini. Kota magnolia, kota kelahiran ku, Lucy Heartfilia.

Meski baru 5 tahun aku meninggalkan kota ini, ternyata banyak yang berubah selang jangka waktu itu. Tentu saja aku tidak lagi mengenal orang-orang di kota ini. Hanya beberapa kerabat dekat. Aku berharap di sekolah baruku dapat diterima dan berteman dengan semuanya. Yah..semoga saja.

Hari ini aku memutuskan berjalan kaki menuju sekolah. Makanya aku pergi lebih awal dari waktu masuk sekolah. Karena jika berjalan kaki membutuhkan kurang lebih 40 menit. Aku ingin kembali mengingat lekuk kota ini, kota yang pernah menjadi tempat ku bermain ketika kecil, kota yang dulunya memberikan aku semua kehangatan persahabatan. “Ehmmm ah....” aku menghirup udaranya dalam-dalam. Meresapinya disela-sela pembuluh darahku, mencoba mengingat aroma khas kota ini.

Setelah berjalan cukup lama, tidak terasa langkah kakiku berhenti disebuah gedung tinggi dan luas dengan papan nama yang melebar membentang di tengah-tengah halaman, yang kurasa biasanya digunakan untuk upacara bendera. Lucu jika mengingat negara ini masih melaksanakan ritual negara seperti upacara bendera, tapi itu adalah salah satu yang aku banggakan dari negara ini. Papan nama itu bertuliskan ‘FAIRY HIGH SCHOOL’. Sekolah terbesar dan bertaraf internasional di kota Magnolia. Cukup membanggakan ketika membacanya.

Tapi tentu saja aku memilih sekolah ini tidak hanya karena alasan tersebut. Aku mencari seorang teman semasa kecil. Sangat minim informasi yang kudapatkan, hanya terdengar kabar burung kalau dia juga bersekolah di sini. Akh, terserahlah, kalau ketemu ya berarti aku beruntung, kalau tidak ya sudah...fikirku akhirnya. Dan memutuskan melangkahkan kakiku masuk melewati gerbang Fairy High School.

Terlihat beberapa siswa berdatangan. Seragam yang bagus, fikirku. Dan aku masih mengenakan kemeja santai dengan setelah rok pendek, dan ransel kecil. Karena diluar negeri kami tidak harus mengenakan seragam, lagi pula seragamku disekolah ini belum kuterima. Sontak saja aku menjadi pusat perhatian. Semua mata melirik ketika aku melewati halaman sekolah menuju koridor panjang. Dan di samping kiri jalan masuk terdapat tulisan petunjuk ruang komite sekolah. Iya, tujuan ku pertama-tama adalah ruang komite. Dengan santai dan tidak memperdulikan mereka yang melihatku aku melenggang melewati koridor itu.

.................................................................

Ketua dewan sekolah Fairy High School, tanpa disangka adalah kerabat baik ayahku. Ini menyebalkan, fikirku. Aku benci berada ditempat di mana ada orang yang mengenal keluarga Hearfilia. Ah, sudahlah, lagi pula aku sudah terlanjur berada di sini.

“hn..Lucy..”suara ketua dewan membuyarkan lamunanku

“iya sir?” kataku seketika

“kau akan masuk ke kelas X-1, karena kau pindah dipertengahan tahun ajaran, kuharap kau dapat menyesuaikan diri. Kelas X disekolah ini terdapat 25 kelas, dan X-1 adalah seleksi dari ke 25 kelas, tentu saja hanya orang tertentu yang dapat masuk kelas X-1. Dan karena nilai-nilaimu selama diluar negeri cukup bagus, aku memutuskan kau untuk masuk dikelas itu...” jelasnya panjang

“ah..iya tentu saja aku akan berusaha sir....,etto boleh aku tahu namamu sir?”tanyaku akhirnya

“apa ayahmu tidak memberitahukan namaku?”dia bertanya kembali

“sepertinya pernah sir, tapi aku saja yang melupakannya...”ucapku sambil terkekeh

“mr.Makarov Dreyar, panggil saja aku sir.Dreyar..”ucapnya penuh kesan bangsawan

“yes sir.Dreyar...”

.............................

Keluar dari ruangan ketua dewan, aku di antar oleh seorang guru dengan rambut putih. Bukan karena dia tua, tapi karena memang rambutnya putih. Dia memperkenalkan diri sebagai Mirajene Strauss. Dia mengantarku memasuki kelas X-1.

Seketika aku langsung menyapu wajah-wajah di kelas itu. Ada 25 kursi, jumlah siswa 23 orang, 1 kursi kosong hanya terdapat tas tanpa ada siswa.

“baiklah, tolong perhatiannya semua...” Mira sensei mulai bicara...”kita kedatangan murid transfer, silahkan perkenalkan dirimu nak..”ujarnya lembut ke arahku.

“hai minna, aku Lucy, karena pekerjaan ayahku aku kembali pindah ke kota ini, ku harap kita dapat berteman, yoroshiku...”kataku singkat dan sedikit membungkuk mengakhiri perkenalanku.

“okey...kalian dengar semua, jadi mulai hari ini Lucy akan bergabung bersama kalian, tolong kerjasamanya ya...” mira sensei berseru

“hai...sensei...” mereka serempak menjawab

“nah lucy, kursimu disana ya...” Mira sensein menunjuk satu kursi di depan kursi yang kosong, tepat di samping jendela yang menghadap lapangan olahraga yang cukup luas untuk ukuran sekolah menengah fikirku.

.......................................................................

Jam pertama pelajaran selesai, waktu istirahat ku manfaatkan untuk melihat-lihat sekolah.

“hai...” sapa suara asing dari belakangku saat aku berjalan sendiri melewati entah ruangan apa.

Aku menoleh, dan menemukan seorang gadis, dia sekelas denganku. Aku langsung mengenalinya.

“hai...” balasku sambil tersenyum padanya

“kenalkan, aku Cana, Cana Alberona, panggil saja Cana...” ujarnya lembut dengan nada suara yang ringan

“hai Cana.....,aku Lucy..”ucapku

“yah, aku tahu, kau sudah memperkenalkan diri tadi kan..”dia tertawa sekilas, dan berjalan melewatiku,”mau kuantar berkeliling Lucy?” lanjutnya bertanya

“i-iya..tentu saja, terimakasih, aku sangat tertolong, sekolah ini luas sekali, aku takut tersesat...”kataku sambil menyusulnya berjalan disamping Cana

“ sekolah ini memang luas, tapi kau tidak akan tersesat jika sudah pernah melewatinya satu kali. Oya, dari perkenalanmu tadi, sepertinya kau sudah pernah tinggal di kota ini ya?” tanyanya

“iya, benar sekali, aku lahir dikota ini, saat aku kelas 5 sekolah dasar, ayahku pindah tugas, dan aku mengikutinya, dan sekarang kami kembali lagi...”jelasku

“ha..souka, sudah ku duga, karena tadi pagi aku melihatmu berjalan kaki sendiri. Seseorang yang baru pertama datang ke kota ini pasti tidak akan melakukan hal itu”. Ujarnya ketika kami melewati sekelompok siswa yang sedang berkumpul di depan rungangan X-14

“Cana, apa kau mengenal seseorang bernama gray?”tanyaku tidak sabar lagi ingin mengetahui keberadaan teman lama ku itu.

“Gray?gray yah.....?hanya ada satu orang bernama Gray disekolah ini, dia salah satu anak terpandai dikelas kita. Akh jika kau lihat kursi kosong di kelas tadi, itu adalah miliknya. Selain cerdas, dia juga ketua Osis disekolah ini. Pencetak rekor baru anak kelas X yang berhasil menjadi ketua osis dengan mengalahkan 75 kandidat. Dah.....ha....dia sangat keren, kau tau maksudku, tampan, jago olahraga, dan sikapnya yang dingin itu membuat siapa saja akan histeris melihatnya. Siswa terbaik dan terfavorit guru disini...” kulihat binar matanya menjelaskan dia juga salah satu penggemar murid bernama gray ini..  “apa kau mengenalnya Lucy?” akhirnya dia menyadari keberadaanku.

“sepertinya tidak, Gray yang kumaksud tidak mungkin dia......”ujarku sambil tertawa.

Gray  teman kecilku tidak mungkin Gray yang dimaksud Cana. Gray teman kecilku adalah anak paling cengeng dan lemah, hampir setiap pulang sekolah dia dikerjai murid lain, menangis hingga sore hari, dan aku selalu mengantarnya pulang. Anak yang tidak tahu apa-apa selain merengek dan menangis. Sangat manja dan menyebalkan, selalu dijauhi teman yang lain. Yah....dia mungkin tidak disini. Fikirku akhirnya.

Karena melamun aku tidak memperhatikan langkah kakiku, dan..

Bruukkk...

Kurasakan aku menabrak sesuatu, menyebabkanku kehilangan kestabilan dan terjatuh, tepat pada saat yang sama seseorang mengulurkan tangan melingkari pinggangku dan menahan berat tubuhku agar tidak jatuh. Detik yang membuatku tidak dapat mencerna keadaan.

“hai nona, sepertinya kau perlu tahu peraturan sekolah ini akan kewajiban seragam, dan bagaimana cara  berjalan yang benar, oya, satu lagi cara meminta maaf dan berterimakasih....”ucap suara asing dari pemilik tangan yang menyelamatkanku

“i-iya maafkan aku, dan terimakasih...”kataku segera menunduk karena merasa bersalah. Dan ketika aku mendongakkan wajaku tepat dihadapanku berdiri seorang pria dengan wajah yang sangat tampan dan tersenyum...menyeramkan kearahku...’Gray’ (sontak fikiranku langsung mengucapkan nama itu, tapi mulutku terkunci untuk memanggilnya)

“hei Gray, dia murid Transfer yang baru pindah hari ini, dan seragamnya siang nanti baru kita terima” ujar seorang pria disampingnya. Pria yang membawa beberapa berkas yang entah apa itu, memiliki tampang lugu dan lembut dengan rambut merah jambu yang mencolok, dan syal putih yang tersampir di lehernya.

“oh, begitu yang Natsu, baiklah, karena masalah seragam adalah tanggung jawab kami, kau kulepaskan hari ini...”ujar pria yang dipanggil Gray, kemudian dia melangkah pergi melewatiku.

“G-Gray....” suara ku keluar lebih seperti berbisik

“ya...nona...”dia berhenti tepat dihadapanku “aku Gray Fullbuster ketua Osis di sekolah ini, dan jika kau tidak keberatan bisa beri aku jalan, karena kau menghalangiku..”

Refleks kakiku melangkah kesamping memberinya ruang untuk lewat.

“kau baik-baik saja Lucy?”tanya Cana yang dari tadi menegang memperhatikan kejadian yang kualami, aku hanya mampu mengangguk.

“gomen Lucy, aku belum sempat memberitahumu, dia terkenal dengan ketua osis yang brutal, dan...seperti yang kau lihat tadi, meski banyak yang mengaguminya, tak seorang pun berani menentangnya, termasuk para guru disini..”jelas Cana dengan nada khawatir “dan aku sarankan jangan coba-coba berurusan dengannya untuk hal yang tidak penting,kau hanya akan berakhir dengan detensi berat..”lanjutnya

“i-iya...tidak apa-apa Cana, aku hanya sedikit terkejut, tentu saja aku tidak akan berurusan dengan dia..,hnn..dia cukup menyeramkan...”aku berusaha tersenyum agar Cana tidak khawatir.

Dia Gray.......Otakku menegaskan hal itu

.....................................................................

Hari kedua sekolah

Hari ini aku pergi diantar supir pribadiku. Dan seragam yang kuterima kemarin sudah kukenakan. Lumayan.

Ah...fikiranku masih berkecamuk pasal Gray. Aku yakin dia adalah Gray teman kecilku, tapi kenapa beda banget.

Jam pertama pelajaran dimulai. Gray mengisi tempat duduknya dibelakangku. Diam dan tidak sedikitpun menyapa. Jika aku mengingat dan mengenalnya,  mustahil dia tidak mengenaliku. Atau mungkin dia mengalami kecelakaan trus amnesia dan melupakan ingatan masa kecilnya dan berubah jadi sekeren sekarang. Atau dia terkena pikun dini?.

“Lucy mungkin kau bisa mencoba mengerjakan soal ini?” Erza sensei yang mengajar palajaran Fisika menyadarkan lamunanku. Sial, aku tidak dapat konsentrasi.

Akhirnya aku maju ke depan kelas, kuperhatikan bentuk soal turunan dengan mencari percepatan dan gaya sebagai hasil akhir dari energi yang diperlukan. Ok ini mudah fikirku. Aku sudah mengusai bentuk soal ini disekolahku yang lama. Dengan mudah aku mengerjakan soal tersebut dan kembali duduk.

Ketika berjalan menuju tempat dudukku, sekilas kulihat Gray menatapku, lalu segera mengalihkan perhatiannya. Aneh.

Jam istirahat siang aku pergi ke kantin bersama Cana, Levy dan Wendy. Mereka berada dikelas yang sama denganku. Kami mengambil beberapa makanan dan duduk dimeja yang berbentuk lingkararan.

“hnn...Lucy chan, boleh aku tanya sesuatu?”Levy membuka pembicaraan setelah sejak tadi dia terus bertanya tentang rumus penyelesaian dari soal yang kukerjakan tadi. Menurutnya itu lebih ringkas, namun lebih sulit.

“ya,...tentu saja Levy..”kataku tersenyum, aku dan Cana menatapnya menunggu pertanyaan.

“boleh aku tahu arti lambang dipunggung tanganmu ini?”tanyanya sambil melihat lambang di tangan kananku

“ini?haha..., tidak begitu spesial menurutku. Ketika aku kecil, mungkin sekitaran 7 atau 8 tahun, orang tua ku menempatkanku dalam suatu perkumpulan bela diri, Fairy Tail, dan ketika melewati tahun pertama kami diberikan lambang ini pada masing-masing anggota, dan aku memilih menempatkannya dipunggung tangan. Dan anehnya lambang ini tidak mau hilang, seperti menyatu dengan kulitku...”jelasku

“tidak bisa hilang?”tanya Levy dengan ekspresi takjub

“iya, padahal aku kira dulunya ini hanya tato semipermanen, yang ketika beberapa waktu akan hilang, ternyata tidak..” ujarku sambil mengunyah makananku

“aku tidak tahu ada yang seperti itu....”Cana berkomentar “jika itu tato permanen sekalipun, pasti akan pudar karena pertumbuhanmu Lucy...”

“yah....awalnya aku heran, Lambang ini seperti ikut tumbuh, tidak memngecil karena pertumbuhanku...tapi lama-kelamaan aku jadi terbiasa dengan lambang ini.....” kataku tersenyum

“jadi semua anggota bela diri yang ikut akan memiliki lambang yang sama ya?”tanya Levy,
Sontak membuatku teringat, bahwa Gray juga mengikuti bela diri itu karena dipaksa ibunya. Karena begitu bersemangat aku langsung berlari meninggalkan Cana dan Levy yang terlihat bingung. Aku berlari langsung menuju ruang osis.

Sesampainya kulihat ruangan itu tertutup. Dan aku membukanya dengan begitu kuat, hingga kedua belah pintu terbuka bersamaan. Kudapati mereka sedang mengadakan rapat. Seluruh anggota osis diruangan itu melihat kearahku, dengan tatapan heran, bertanya, dan sebagainya.

“kuharap kau punya alasan bagus sudah mengganggu rapatku nona?”suara dingin itu berasal dari Gray

Aku termenung. Lupa dengan apa yang ingin aku katakan dan kenapa aku berada disini. Aku berharap seseorang datang dan menarikku pergi dari tempat ini. Aarggh.....tidak!!

Gray berjalan menghampiriku. Dari raut wajahnya, tak seorangpun di ruangan itu berani batuk, bahkan ada yang menahan nafas. Dia berjalan mendekatiku, herhenti tepat dihadapanku. Memajukan wajahnya hingga hidungnya hampir menyentuh hidungku. Aku gemetaran hingga tak mampu mengedipkan mata.

“hn?”gumam pendek yang mengartikan banyak hal terdengar dari dalam tenggorokkannya

“k-kau Gray kan, Gray si Anak Cengeng penakut dan..”tiba-tiba dia membekap mulutku, dan berbalik menghadap anggota lainnya

“baiklah, sepertinya aku ada sedikit urusan dengan wanita ini, jadi semuanya keluar karena rapat dibatalkan”....suaranya memenuhi ruangan

Tanpa ada seorangpun yang bertanya, mereka langsung meninggalkan ruangan itu. Tersisa anak yang bernama Natsu yang segera membereskan berkas-berkas  dan menyimpannya di dalam lemari. Kemudian berjalan pergi. Ketika tepat disamping kami, dia bicara..

“kuharap kau tidak mempersulit keadaan Gray..”katanya sambil berlalu.

Aku diam tak bergeming, tubuhku beku. Membatu ketika dibekap nya. Lalu Gray menutup ruangan itu dan menarikku menuju sebuah ruangan yang lebih kecil seperti kantor atau lebih tepatnya ruangan istirahat. Dia menarikku dengan kasar dan menghempaskan tubuhku di sofa. Lalu berdiri menghadapiku

“kau mau apa?” dia bertanya tidak jelas

“maksudmu?”aku balik bertanya

“segitu ingin kah kau mengingatkanku tentang masa kecilku ha?!”dia membentakku kuat, hingga suaranya mengaung di ruangan kecil itu.

“hei....HEI!!! “ aku balas membentak setelah bisa menguasai diri “Jangan membentakku!! Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah teman masa kecilku! Dan aku bertanya-tanya kenapa kau tidak mengenaliku?!!” lanjutku penuh amarah, dan kulihat amarah diwajahnya turun

“k-kau?!” dia bertanya tidak jelas lagi

“kau tidak mengenaliku?atau pura-pura tidak mengenaliku??!” tanyaku kasar dan berdiri menghadapnya

“hehehe..hahhahaa....” dia tertawa....membuatku merinding “aku tidak mengenalimu?kau bilang aku tidak mengenalimu?” dia maju mendekatiku, mendorongku hingga kembali terjatuh di sofa, aku terdiam melihatnya.

Dia mengunci kakiku dan duduk dipangkuanku “kau bilang aku tidak mengenalimu Luce...?” dia bertanya lagi. Ok kali ini aku takut.

“i-iya....karena kau tidak pernah menyapaku Gray....”ujarku

Dia mendekatkan wajahnya “bagaimana aku bisa melupakan wajahmu Luce, selama 5 tahun ini kau membuatku gila, kau tahu...”suaranya melemah, hampir seperti bisikan, dan aku memalingkan wajah karena dia membuatku benar-benar gugup.

Gray menarik daguku dengan tangannya...”bagaimana kau bisa bilang aku tidak mengenali wajah ini ha?! “ desisnya pelan, lalu dengan sigap dia menciumku, melumat bibirku dengan lembut, kepala ku terlalu pusing untuk mengartikan situasi ini. Yang kutahu ini manis. Aku membalas gerakan bibirnya, kurasakan tangannya menyentuh kepalaku, dan lidahnya masuk ke dalam mulutku, melumat bibirku dengan gerakan yang mulai kasar, semakin dan semakin bernafsu, desah nafas beratnya terdengar memburu, aku tidak dapat mengimbanginya lagi. Dia membaringkanku dan menindih tubuhku. Melumat bibirku dengan kasar, tangannya bergerak membuka kancing bajuku. Ciumannya berpindah ke leher, semakin ganas menjilat dan mengecupnya kuat. Tidak. Ini tidak boleh, fikirku meronta...tapi tubuhku beku, dia terus menggeranyangi tubuhku.

“TIDAKK....!!” teriakku mendorong tubuhnya kuat hingga dia mundur.

Dia menatap ku, sulit mencerna tatapannya. Fikiranku berkecamuk, dan kurasakan panas di wajahku mengalir lembut tetesan bening dari ujung mataku. Dia tersentak, aku juga. Dengan sigap aku beranjak dan berlari keluar sambil membenarkan bajuku yang cukup berantakan. Aku terus berlari. Sepertinya jam pelajaran sudah dimulai. Koridor dan kantin tampak kosong. Aku berlari, bingung ke mana, akhirnya tanpa sadar aku sudah berada di kebun belakang sekolah. Aku berjongkok di bawah salah satu pohon. Mengatur nafasku dan mencoba mengendalikan diri. Ini tidak benar, dia buka Gray yang ku kenal. Bukan Gray yang kucari, dan jelas bukan Gray teman masa kecilku.

Tanpa terasa air mata terus mengalir, aku juga bingung apa yang sedang aku tangisi. Aku mencengkram erat bajuku. Masih ketakutan dengan apa yang terjadi tadi. Tapi mengapa tadi aku menikmatinya. Aku memaki dan menyumpah diriku sendiri.

Tik...tik...tik...

Air hujan berjatuhan dari langit, perlahan membasahi tubuhku di bawah rimbunan pohon. Aku membiarkan air hujan menyatu dengan air mataku, agar tersamar jejak kesedihan yang datang entah dari mana.

Dia mengenaliku, Luce?Luce?Luce? dia memanggilku seperti itu, dan hanya Gray teman kecilku yang memanggilku demikian. Tapi....tapi kenapa dia kasar padaku, pura-pura tidak mengenaliku, membentak dan...dan ....
Aku meronta melarang otakku memikirkan kejadian tadi. Sementara air mataku terus mengalir, hujan juga semakin deras. Aku duduk mendekap lututku. Seperti ketakutan entah akan apa. Kubenamkan wajahku dalam-dalam dan aku menangis sejadi-jadinya. Hingga kurasakan tubuhku gemetar hebat, ada ruang tersayat di dalam hatiku yang berteriak. Ini menyakitkan.

“Luce......” ilusiku secara samar membentuk suara Gray , aku benci ketika diriku begini.

“Luce.....” suara itu lagi, dan kali ini membuatku mendongak, dan aku mendapati gray berjongkok di sampingku

Refleks tubuhku mundur menjauh dan gemetar. Mataku menolak melihatnya. Hatiku meronta menolaknya, tubuhku bereaksi dengan memalingkan wajah darinya.

“go-gomenne Luce, aku..aku keterlaluan padamu. Tak apa jika kau marah padaku. Jika membuatmu lebih baik, kau juga boleh memukulku”  hujan membuyarkan semua suara alam, tapi aku jelas mendengar suaranya. Menusuk kuat hatiku.

“aku...”dia maju mendekat masih dalam posisi berjongkok “aku tahu kau akan pindah ke sekolah ini, aku bahkan tahu hari kepulanganmu kembali ke negara ini. Aku yang menyiapkan seragammu, tanpa perlu mengukur tubuhmu, aku juga yang meminta ketua dewan menempatkanmu di kelas yang sama denganku, aku....(dia mencengram rambutnya) aku menunggumu selama ini Luce, kau tahu, aku melakukan semua ini agar ketika kembali bertemu denganmu aku memiliki hal yang dapat kubanggakan, aku malu dengan aku yang dulu Luce, itu sebabnya aku tidak ingin kau mengingat dan membandingkan aku yang sekarang. Aku ingin kau melihatku sebagai seorang pria sekarang Luce. Aku....aku merindukanmu......”ujarnya mengakhiri penjelasan panjangnya.

Perasaaan hangat mengaliri tubuhku. Seakan aku sedang berendam di pemandian air panas.

“maaf, karena aku tidak dapat menahan nafsuku, aku normal Luce, dan di hadapan orang yang sangat kucintai aku tidak dapat menahannya, aku takut melukaimu sekaligus ingin memilikimu....”dia mendekat dan meraih tangan kananku dan mencium lambang Fairy Tail. “kau tidak tahu betapa aku merindukanmu.....”

Aku mencoba menatapnya, perasaan takut dan marah tadi buyar seketika seperti air hujan yang menyapu debu.

“ta-tapi...”ucapku hampir tidak bersuara

“sstt.....” dia mengusapkan jempolnya di bibirku “aku janji tidak akan menyakitimu lagi, maafkan aku dan beri aku kesempatan Luce??” dia menatapku

Aku diam juga menatapnya. Banyak yang ingin aku sampaikan padanya. Banyak ...namun tak satupun dapat keluar dari mulutku. Dan diamku sepertinya berarti iya buatnya. Karena perlahan dia mengecup keningku, merangkul tubuhku ke dalam dekapan dadanya.

“percayalah padaku Luce....”

Aku hanya mengangguk...

Dia melepaskan ku, dan membuka kemeja nya, lalu menutupi dadaku dengan bajunya. Aku baru tersadar, pasti hujan membuat bajuku basah dan pakaian dalamku kelihatan.


Dan aku melihat lambang Fairy Tail di dada kanannya. Aku tersenyum, ternyata dia memang Gray. Dan kulihat wajahnya seketika memerah. Kemudian dia memelukku erat.