Sabtu, 01 Februari 2014

Dear My Girl [FF kali ini sekuelnya First Love to First Kiss]

Fairy Tail ^Hiro Mashima^
Genre : Romance
Pairing : Gralu
By : Acy_Lucy
“Dear My Girl”
IC/OOC (sukasuka saya ya,,,)
Warning>> Rated M/R18 akud



@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@^-^@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Hari yang melelahkan setelah 4 hari menjalankan misi. Tubuhku terasa remuk bukan karena melawan musuh, tapi karena harus menahan amukan Elfman yang tidak terkendali. Padahal misi kali ini tidaklah sulit. Huft...aku menarik lafas panjang dan menghempaskannya di udara. Kereta kuda yang kunaiki tampak begtiu lambat, seakan jalan yang dihadapannya tidak memiliki ujung. Arhg... kapan aku tiba dirumah? Fikirku.
Ditambah lagi lambungku sejak kemarin mulai bertingkat, karena tidak diisi sesuai aturan, mungkin ini yang disebut maag. Padalah hal ini tidak pernah terjadi kalau aku menjalankan misi bersama team Natsu, Erza dan Lucy, karena tentu saja Lucy selalu mengingatkan kami untuk makan tepat waktu. Hufhh... sekali lagi aku mengeluh...
“kenapa denganmu Gray? Mengeluh itu tidak lelaki..!” ujar pria melankolis di sebalah kiriku yang selalu yakin kalau dia adalah lelaki paling jantan di Guild
“lambungku sakit, sepertinya aku perlu istirahat dan makan yang cukup..”jawabku tanpa menoleh, dan kedua lenganku terlipat kuat di dada ku yang tanpa pakaian.
Cuaca beberapa hari ini memang sangat panas, setidaknya aku tidak mengotori satu bajupun saat bepergian. Cara hemat energi dan uang untuk seorang pria dewasa yang hidup sendiri.
“apakah kau tidak cukup makan?”tanya Elfman lagi, jika saja yang di belahku ini adalah si kepala api, tentu sudah kubekukan mulutnya. Hanya saja Elfman tidak menarik untuk diajak berantem.
“ya...kau memberiku makan sebanyak 2 kali untuk 4 hari perjalan Elfman....”kataku malas.....
Akh,,,sungguh 4 hari yang membosankan meninggalkan guild tanpa nakama team ku, terlebih lagi 4 hari tanpa melihat dan mendengar suara Lucy. Yeah... Lucy Heartfilia, tentu saja cewek dengan rambut blondie dan seksi itu yang selalu menggoda benakku. Kira-kira sejak dua bulan yang lalu aku mulai menyukainya, lebih tepatnya aku baru menyadari bahwa aku menyukainya. Saat itu sore hari, ketika aku berjalan gontai menuju rumahku yang terletak tidak jauh dari Guild. Dan aku mendengar suara yang akrab ditelingaku. Aku mencari sumber suara itu, dan menemukannya berada disebuah lorong sempit di mana juga ada seorang anak kecil yang menangis. Aku hanya diam memperthatikan, kulihat sepertinya anak kecil itu kehilangan kesuatu dan jatuh kedalah got dibatnya. Got yang ditutupi dengan jeruji besi yang tidak bisa di angkat.
‘jangan menangis adik kecil, kakak akan membantumu mengambil kalung ibumu, tenang saja...”Lucy berkata lembut, sembari berdiri dan mengluarkan roh bintang virgo. Entah apa yang dibisikkannya, tiba-tiba Virgo mulai menggali tanah disamping got, dan tidak lama kemudian kembali dengan tubuh  penuh lumpur sambil menenteng sesuatu yang berantai dan berkilauan. Seperti sebuah liontin.
Anak itu pun lagsung tersenyumlebar
‘nah...ini kalung ibumu...’ ujar Lucy sambil menyelahkan kalung itu pada si anak kecil
‘arigatou nechan...., ini adalah ibuku....’ entah apa maksud perkataan anak itu, dia pun segera berlari keluar dari lorong itu, dan dibelakanggnya tampak Lucy yang tersenyum lembut tidak menyadari keberadanku. Aku pun segera pergi, tidak ingin merusak kesenangannya.
Tapi wajahnya yang tersenyum itu mengikuti tepat di ujung mataku, dan membenam di ingatanku. Sesampai di rumah, aku terus berfikir, Lucy yang selalu tegas dan sedikit kasar ternya juga penyayang anak kecil. Pantas saja dia sangat mudah diterima dimanapun dia berada. Meski berasal dari keluarga yang kaya raya, dia tetap sederhana dan tidak sombong. Dan...seksi... tentu saja...*hei!! Aku lelaki normal...*
Sejak kejadian itu, aku diam-diam menyimpan perasaan padanya. Aku berniat mengutarakannya, hanya saja, Natsu pernah bercerita, bahwa dia memiliki perasaan yang khusus pada Lucy. Meski Natsu adalah rival dan musuh bebuyutanku, tapi tetap saja dia adalah nakama terbaikku. Aku tidak akan bisa berbuat sejahat itu. Jadi selama beberapa bulan ini aku hanya diam, berlaku seperti biasa, dan kadang-kadang membayangkan Lucy bebas di benakku. Setidaknya untuk hal ini tidak akan ada yang dirugikan.
Matahari di luar hilang dari penglihatan, dan langit menguning, seperti warna lucy. Akh.. apapun yang dikenakannya selalu tampak indah di mataku. Suasana hampir gelap, dan aku melihat dari jendela kereka kami sudah memasuki kota Magnolia. Dan di sebuah rumah yang sederhana dengan taman kecil, kerata berhenti untuk menurunkanku....
“akhirnya....”kataku pendek dan mencoba keluar dari kereta
“sampai ketemu besok Gray.. ”ujar Elfman
“sepertinya besok aku tidak ke guild, aku akan istirahat di rumah saja...”jawabku sambil berbalik meninggalkan Elfman..
“hoei...laki-laki harus bersemangat Gray...”teriaknya dan suaranya turutt pergi bersama kereta.
Ha.... sampai juga di rumahku. Dah... yah selalu berantakan, mataku menjelajah ruang yang tidak terlalu besar itu. Tampak beberapa pakaian Natsu juga berserakan. Natsu memang kadang menginap di sini, karena dia tidak suka tidur sendiria, walau tidak benar-benar sendiri, padahal ada Happy yang selalu bersamanya.
Aku tak mempermasalahkan hal itu, lagipula rumah ini cukup besar jika hanya aku sendiri yang mendiaminya. Anehnya dia tidak pernah smapai membakar seusatu di dalam rumah ini. Ruangan tamu yang kecil sengaja tidak kuberi sekat pembatas dengan kamarku. Hanya ada beberapa kursi, dan sebuah sofa malas yang terletak dekat jendela. Jendela itu menghadap langsung ke arah luar taman, kadang aku membukanya saat musim dingin, dan senutup erat jika musim panas tiba. Aku benci panas. Itulah sebabnya aku tidak pernah bisa akur dengan Natsu.
Di ruangan inilah Natsu entah karena apa bercerita padaku bahwa dia menyukai Lucy, hanya bercerita, tidak meminda pendapat dariku. Akupun hanya mendengar dengan baik, meski terkadang aku meledeknya hingga dia tidak jadi memasang wajah serius. Natsu bercerita sudah setahun terakhir dia mulai menyukai Lucy, dan saat dia bercerita, aku baru beberapa hari menyadari perasaanku pada Lucy. Tentu daja Natsu telah lebih dulu memiliki rasa itu, tidak adil jika bertindak egois. Setelah Lisanna menghilang, baru kali ini dia memiliki teman wanita yang cukup akrab bersamanya. Dan kurasa Lucy perlahan-lahan menggantikan tempat Lisanna di hati Natsu. Ha...kadang aku melankolis juga ternyata, sempat-sempatnya memikirkan hal itu.
Karena lelah, aku menaruh tasku di sembarang tempat, dan entah sejak kapan aku sudah tidak mengenakan celana. Aku merebahkan tubuhku asal di tempat tidur yang cukup besar. Kalau difikir, kebiasaanku melepas baju ini pasti sangat aneh, apalagi di hadapan Lucy, ho......bodoh ah....lagipula tubuhku juga bagus untuk dipamerkan.
Keributan anak-anak yang leintas di depan rumahku menyadarkanku kalau aku sudah tertidur semalaman. Dengan malas aku bergerak menuju kulkas mengambil segelas air dan 3 potong roti. Mengunyahnya sambil berjalan kembali ke tempat tidur. Benar saja, hari ini aku sangat lelah untuk pergi ke guild. Tapi itu berarti aku tidak bertemu Lucy lagi..untuk hari ke lima. Cukup membuatku kesal sendri jika memikirkan hal ini.
Setelah menghabiskan roti dan meneguk minumanku, aku pun beranjak ke kamar mandi, sepertinya tubuhku akan meleleh habis jika tidak segera diguyur air. Memasuki kamar mandi, sejenak aku menatap tubuhku dicermin, ya.... memang tubuh yang cukup bagus dan kurasa tidak memalukan untuk dipamerkan. Seketika otakku langsung membayangkan Lucy dipelukanku, merengkuhnya dengan lengan kuatku, dadanya di dadaku...dan...akh..apa-apaan yang aku fikirkan ini. Lucy bukanalah milikku, dan akhirnya aku menyalakan shower yang hanya memiliki tombol untuk air dingin itu.
Selesai mandi, aku kembali merebahkan tubuhku ke kasur empuk, kembali meliut malas, menikmati kesendirianku,dan tertidur lagi....

‘ting..ting..ting...’ gelombang suara yang tidak asing memasuki liang telingaku dengan frekuensi yang khas, namun mataku tak hendak terangkat...
‘ting..ting..ting...’bel itu berbunyi untuk kedua kalinya, dan dengan gontai aku berjalan menuju pintu, memutar anak kunci di dalam kenopnya, lalu membuka daun pintu sederhana yang dibaliknya menampilkan sosok wanita yang selalu ku rindukan. Mimpi. Aku masih bermimpi....
Beberapa detik aku yakin aku tidak bermimpi, Lucy di hadapanku ini tersenyu lembut, senyum yang membuat aku menyukainya.
“ogh....Lucy?ap-apa yang kau lakuakn di sini?”bodoh! fikirku, itu bukan hal yang harus kau tanyakan sebelum menyurunya masuk
“aku dengar kau sakit, jadi aku datang menjengukmu Gray....”ujar pemilik suara yang selalu terngiang ditelingaku
“ah..ya..hanya gangguan lambung, tidak serius, tapi karena kau sudah datang, masuklah...”akhirnya hanya hal itu yang dapat kufikirkan dari keterkejutanku, menyadari rumah yang berantakan dan aku yang belum mengenakan pakaian “rumahku sedikit berantakan, ya..harap maklum, karena kau tidak memberitahu akan kemari, jadi aku tidak ada persiapan, oya..duduklah dimana kau merasa nyaman, owh...itu celana si Natsu baka...”ha..apa yang kulakukan dengan smeua ini,,
Aku mondar-mandir tidak karauan, dan akhirnya duduk di ujung tempat tidur, karena Lucy duduk di sofa malas yang pang dekat dengan tempat tiduk ketimbang kursi tamu.
“apakah kau sudah lebih baikkan?”tanya Lucy
“yeah...seperti yang kau lihat, tidak terlalu serius, kemana yang lain?”aku mencoba mencari tahu kenapa Lucy datang sendirian
Erza dan Natsu pergi memancing, karena Happy ingin ikan segar sejak 2 hari yang lalu, dan tidak bisa diam memintanya pada Natsu, bahakan ketika tidur...” mendengar hal itu membuatku dan dia tertawa
“dasar Happy, kasihan sekali dia memiliki nakama yang baka seperti Natsu, dan hanya akan membakarkan ikan-ikan itu untuknya..” kataku datar
“yah..aku fikir ikan seperti itulah yang disukai Happy..”
“kau sendiri kenapa tidak ikud bersama mereka?” tanyaku lagi
“aku ada sedikit urusan hari ini...”jawabnya
“urusan? Dan kenapa kau kemari jika ada hal lain yang akan kau lakukan?”
“karena urusanku berada disini...” jawabnya pendek, dia terlihat ragu, namun waspada
“dan apakah itu ?”selidikku lagi
“erg..ano..”Lucy gugup, tidak seperti biasanya
“Gray....aku ingin mengatakan suatu hal, tapi aku bingung memulainya dari mana?”ujarnya, terlihat gugup, aku semakin penasaran, sambil mencoba mengingat kalau-kalau kau punya hutang padanya
“ya....mulai saja seperti yang ingin kau sampaikan..”
“tidak semudah itu ...” dia tertunduk
“buatlah menjadi mudah...bukankah kau selalu berkata begitu?”aku teringat perkataannya, dan dia tampak menarik nafas
“aku menyukaimu, kau tahu maksud ku aku menyukaimu bukan sekedar nakama, tidak seperti aku menyukai nakama kita yang lain, tidak seperti aku menyukai Natsu atau Laksus, tidak juga seperti Elfman atau Freed dan yang lainnya, aku menyukaimu sejak awal aku datang di guild, dan aku ingin selalu bersamamu, baik saat misi, atau di waktu lainnya,,,”dia berhenti “aku ...” lanjutnya “aku hanya ingin memberitakukanmu perasaanku, dan aku tidak ingin setelah ini kau menjauhiku atau membenciku, aku ingin setelah ini kau tetap menjadi Gray yang biasa, ...”
“sejak kapan?” BODOH...!teriak otakku,,,bukan hal itu yang harus ku kata, dasar. Aku payah. Kenapa malah Lucy yang berkata demikian?. Akh...aku memalukan, tidak..aku ini lemah, kenapa aku sebagai lelaki tidak mengatakan itu duluan? Fikiranku berkecamuk
“sejak awal....”
“dan...”kenapa mulut ini hanya mengeluarkan kata-kata tidak jelas seperti ini
“aku hanya ingin tahu, bagaimana perasaanmu setelah aku mengatakan hal ini, aku tidak apa-apa dengan jawaban akhirmu, sebelum ini juga ada yang mengatakan suka padaku, hanya saja aku tidak menerimanya. Gray, sulit bagiku menjalani hubungan dengan hatiku masih memikirkan hal lain, setidaknya jika aku tahu balasan dari perasaanku ini, aku akan bisa menentukan apa yang harus aku lakukan selanjutnya, apakah aku harus menerima orang itu, atau mulai menyukai orang lain....” butiran bening mengalir di wajahnya, ingin sekali aku mendekapnya agar tidak menangis, apa yang harus ku lakukan, ayolah Gray...lakukan sesuatu...
“aku...”aku mencoba mencari kata-kata
“akh...jangan kau fikirkan, aku bisa mengerti jika kau terkejut,,,”dia beranjak dari sofa itu dan berjalan menuju arah pintu, ayolah Gray...kenapa kau hanya diam, apakah tubuhmu telah beku oleh sihirmu sendiri? Dia Lucy, orang yang aku sukai, yang saat ini mengatakan bahwa dia menyukaiku, dan aku...
Aku bergerak secepat yang aku bisa, menghentikan tangan kanannya yang telah di gagang pintu dengan tangan kiriku, menariknya perlahan memunggungi pintu itu...
“aku tidak tahu harus berkata bagaimana, tapi mungkin hal ini bisa menjadi jawaban...” hanya ini kata-kata terkeren yang bisa keluar dari mulutku, dan aku menarik pelan wajahnya, menempelkan bibirku di bibirnya, perlahan, aku mengecupnya, kurasakan dia membeku di posisinya. Mungkin terkejut, tentu saja. Itu wajar. Tangan yang tadi menarik wajahnya kini aku taruh dibelakang rambut blondie Lucy, membelainya lembut. Bibirku melumat perlahan bibir Lucy, bibir yang selalu ada dalam benak kotorku selama ini.
Aku melepaskannya sejenak, kutatap matanya dalam. Mencoba menangkap apa yang dirasakannya sekarang. Karena aku yakin, seharusnya itu adalah kebahagiaan.
“aku juga menyukaimu Lucy....”kataku, dan kembali aku menciumi bbibirnya. Aku tahu ini yang pertama bagi Lucy, tubuhnya terdorong menghimpit pintu, kutuntun tangannya melingkari pinggangku yang tanpa busana, kuresapi aroma tubuhnya yang khas. Sedekat ini, apa yang bisa kulakukan kalau bukan menikmatinya. Bibirnya sefikit membuka, dan aku memanfaatkan hal ini untuk mengulum bibir atas dan bibir bawahnya secara bergantian, menimbulkan sensasi nafsu yang menggebu, irama lumatan bibirku mulai memburu, kurasakan air lir kami bercampur, nikmat...manis. Seakan itu madu, aku mencoba menyesapnya, dan kucoba memasukkan lidahku kedalah mulutnya...dan...
Lucy mendorong tubuhku spontan menjauh darinya, agak kaget lalu tiba-tiba aku tertawa “kau pasti baru pertama kali berciuman ya Luce...”kataku sambil menyeka air liur di mulutku
“apakah ini hal yang wajar untuk kau tertawakan...”celetuknya, dan wajahnya yang masih merona itu terlihat semakin menggemaskan, dia kini milikku, batinku.
“tidak..aku hanya senang menkmati wajahmu yang bersemu ini..”kataku melangkah mendekatinya, dia terpejam, tapi lebih terlihat ketakutakan dari pada menunggu aku menciumnya lagi..
Dan kuputuskan mengecup lembut keningnya....dan ku dekap dia dalam pelukanku sambil kubisikkan padanya..
“aku menyayangimu Lucy....selalu...”









Sekuel

‘argh...ini benar-benar keterlaluan,,,;fikirku
Bagaimana tidak, Erza dan Natsu sengaja mengajakku menjalankan misi kelas S, dan dengan sengaja tidak mengikutsertakan Lucy. Sejak kami resmi berpacaran 4 bulan yang lalu, mereka sangat senang menggangguku dan Lucy, dan tidak pernah membiarkan kami berada dalam 1 tim untuk menjalankan misi.
Saat aku yang mereka ajak, Lucy tidak mereka sertakan, begitu juga sebaliknya. Dan yang sangat keterlaluan adalah kali ini aku sudah pergi selama 1 bulan untuk misi kali ini, dan nyaris pulang dengan kaki buntung jika Erza tidak menyelamatkanku tepat saat sihir hitam terlarang hampir mengenaiku.
“ergr...huuueeeekkkk....”suara Natsu masih terdengar jelas meski kini kepalanya berada di luar jendela kereta “akkhu..tidddak akan perenah naik keerelta llaghe...” lanjutnya tidak jelas
“dan kau sudah mengatakan itu 1783 kali selama perjalanan kita kepala api!!” tukasku tidak peduli
..................................................
Aku lelah, benar-benar lelah. Dan terlepas dari semua rasa lelahku, aku sangat merindukan Lucy. Sambil berjalan pulang menuju rumahku, aku menimbang-nimbang apakah aku harus segera menemuinya atau aku lakukan besok saja dan beristirahat malam ini?. Fikiranku sedikit berkecamuk. Campuran antara lelah yang teramat sangat, dan rindu yang menjadi-jadi. Dengan linglung aku sampai di depan rumah ku.
Akhirnya aku memilih istirahat malam ini. Setelah mandi seadanya (hanya membasahi tubuhku dengan air), aku merangkak ke atas tempat tidur ukuran single, yang terlihat rapi. Kurasa Lucy datang dan membersihkan rumah ini selagi aku pergi.
Dengan malas kutarik gagang telepon (anggap sudah ada alat ini ya), dan kuhubungkan panggilan dengan Lucy.
 ‘tuttttt...tuuut...’
‘hallo...’suara indah nan lembut menyapaku dari seberang saluran di sana
“sayang.......”jawabku lembut
‘Gray..!’ku bayangkan di terlonjak ‘kau sudah pulang?’
“yah....maaf aku tidak segera menemuimu”
‘yah..tidak apa-apa, kau pasti lelah, semuanya berjalan baik bukan...?’ tanyanya, dari nada suara yang disampaikannya, dia terdengar khawatir
“tentu,”aku berusaha terdengar ceria “semua baik, siapa yang dapat melawan tim terkuat Fairy Tail hah?” lanjutku
“akh, dasar,,,,ya sudah, kau istirahatlah,..’
“yah..aku hanya ingin mendengar suaramu sebelum aku terlelap Luce...., kalau begitu aku tutup yah...bye sayang.....oyasumi....”kataku
‘mimpi indah Gray, oyasumiii.....’

...................................................................................
Suara tukang koran, suara langkah kaki anak-anak, suara ibu-ibu dihalaman, suara decit ban mobil, suara dari dapur, dan aroma masakan.....
Kurasa mimpiku benar-benar indah, hingga indra pendengar dan penciumanku bekerja lebih keras, hingga seperti nyata saja. Hidungku secara naluria mengendus lebih dalam, dan aku yakin aroma masakan ini adalah nyata. Dengan malas aku membuka mata...
“kau sudah bangun Gray...”sapa suara manis dari arah dapur yang tidak memiliki sekat antar ruangan, hingga aku dapat melihat jelas gadis bercelemek hijau dari ujung mataku, dia tersenyum,
“engh...”aku menggeliat malas
“ohayou.......”katanya menghampiriku
“o...hayou...Luce” aku mengucek pelan mataku agar dapat memandang lebih jelas “kapan kau datang?”
“cukup lama, hingga sarapan untukmu sudah siap semua, sepertinya kau sangat lelah, ayo bangun dan makanlah....” dia meraih tanganku, berusaha menarik bobot tubuhkan yang mungkin 2 kali lebih berat darinya,
Dengan jahil aku malah menariknya, hingga dia tertarik dan jatuh menimpaku
“Gray...!”triaknya, mungkin kaget, mungkin juga marah, aku harap opsi yang pertama
Akh....oppainya menekan perutku, baru kali ini aku jahil hingga begini.
“gomen Luce, tapi aku tidak ingin makan...”kataku, dan dia membetulkan posisinya, kini dia duduk disampingku berbaring
“kau pasti lelah, dan butuh makan untuk mengembalikan energimu...”bujuknya
“kau membujukku?”tanyaku, dan aku sengaja memejamkan kembali mataku
“hei..Gray,,,ayolah,,,,”
“kau harus berusaha lebih keras Lucy....”aku berbalik memunggunginya dan berpura kembali tertidur
“Gray....”dia membalikkan tubuhku “buka matamu...”dan tangannya menyentuh pipiku
Aku membuka perlahan mataku ,’cuuup’....bibirnya menempel dibibirku, hanya beberapa detik
“ayo makan....”katanya melepas ciumannya dan berbalik hendak pergi
Refleks kuraih tangannya dan menarik dia, kembali Lucy menimpa tubuhku, kurasakan secepat sihir tercepat, libidoku meningkat.
“kau ....aku mau kau Luce,,,,” aku menatapnya, dia terperangah, kami tidka pernah berada dalam posisi seperti ini, berdua dikamarku juga tidak pernah, biasanya selalu ada Erza atau Natsu, tapi mungkin mereka terlalu capek untuk hari ini
Masing menggenggam tangannya, aku menarik dia lebih dekat, kulihat wajahnye memerah, seperti strawbery, membuatku semakin ingin memakannya...’cuuup,,,’ ku kecup kembali bibirnya, rasa rindu yang membuncah, kini pecah dan berhamburan bersama nafsu yang juga tak mau kalah
Kulumat lembut bibirnya, tak ada perlawanan, tak ada reaksi, akupun melanjutkannya. Dengan berirama aku memainkan bibirku di bibir Lucy, ku rasakan dia membuka sedikit mulutnya, dan tanpa diperintah, aku menyelusupkan lidahku, kini bergerak bebas di dalam mulutnya, tentu saja ciuman seperti ini pernah kami lakukan, walau tidak sering seperti Gajeel dan Levi yang bahkan tidak segan melakukannya di depan kami.
Lidah kami berpagut, dan aku mengecupkan semakin liar, walau aku masih berusaha untuk lembut saat melakukannya. Lucy bergerak perlahan dari atas tubuhku, membuat oppainya yang menindihku pergelayut empuk, aku tidak tahan lagi...hanya lelaki tidak normal yang tidak bereaksi apa-apa disaat seperti ini. Kulepas pagutan bibirku, dan kulingkarkan lengan dipinggangnya, membalik tubuhnya, dan kini aku berada di atas tubuh Lucy.
“Luce.....”dia menatapku, kulihat senyum simpul terukir dibibirnya, dan kukecup pelan keningnya sebagai tanda aku meminta izin untuk melakukan lebih. Ini yang pertama buatku, dan pasti pertama juga buat Lucy, aku tidak ingin memaksa jika dia tidak menginginkannya.
Lucy memejamkan matanya sejenak, lalu saat membuka, tangannya dilingkatkan dileherku, dan dia menarik kepalaku hingga dia dengan mudah mencium bibirku, kali ini aku merasakan gairah yang besar dari ciuman tadi. Aku menangkap hal ini sebagai jawaban ‘YA’ darinya. Dan aku mengimbangi permainannya, kumasukkan lidahku meski mulutnya masih tertutup rapat, seperti memaksa masuk, dan akhirnya saliva kami bersatu. Nafasku memburu, dan kurasa nafas Lucy mulai tak teratur.
Dengan segera aku menurunkan celanaku, karena aku tidak perlu repot membuka baju (aku memang tidak pakai baju). Dan segera kutarik baju Lucy terangkat melalui kepalanya, rok mini yang dia kenakan sepertinya sudah dilepasnya. Kini tinggal bra dan underwearnya. Aku mengecup bibirnya sekejar. Lalu telinganya, kembali kematanya, leher dan tumpukkan daging oppainya. Tangan kananku merayap kebelakang punggung Lucy, berusahan mencari semacam pengait yang kuyakin adalah cara membuka bra berenda manis yang dia kenakan. Sedangkan tangan kiriku seakan melihat keajaiban, meraba-raba permukanan oppainya. Mencoba mengeluarkannya dari cangkang bra, meski baru separuh, namun nafasku sudah memburu terlalu kencang, dan saat tanganku meraih pengait dan melepas bra Lucy, refleks tangan kiriku menarik dan melempar bra ntah kemana.
Kini oppai Lucy terpampang di hadapanku, dibawahku lebih tepatnya. Tersaji segar dan tegap, lebih lezat dan menggoda dari apapun yang pernah aku lihat sebelumnya. Aku sungguh terpesona, bingung harus berbuat apa...
“Gray....”Lucy membuyarkan keterpanaanku
“akh..Luce...”jawabku linglung, “kau sangat indah...”hanya itu yang mampu aku katakan..
Lucy tersenyum, kedua tangannya memegang wajahku, diiringnya, dan dia mengecup bibirku, sedikit melumatnya, manis, fikirku, lalu dia menggiring wajahku menuju oppainya. Dan secara naluriah seperti anak bayi tanpa dosa baru lahir, aku mengisap puting payudaranya. Padat berisi, pas dengan tubuh indahnya, puting yang rekah dan merah membuat ku menyedotnya dengan lembut, kumainkan lidahku di putingnya, tanganku yang bebas meremas oppai sebelahnya. Kubenamkan wajahku seakan ingin meraih kedua gundukan kembar itu. Aku kembali mejilati, mengisap dan menggigit pelan oppainya
“akh....”Lucy mendesah....kacau, suaranya seperti sihir jahat yang serta merta membuatku tertawan dan ingin mengusainya, ingin membuatnya mendesah lebih keras
Lucy memelukku, erat, dan aku masih menjilati tubuhnya, menyapu bersih setiap inci kulitnya,
“Gray.....enghh...”desahnya,,,,”Gray...aku sudah tidak tahan...”katanya
Aku tersenyum jahil, kuhentikan permainanku
“kau ingin aku melanjutkan...”aku bertanya jahil,,,,oh Tuhan.... wajahnya benar-benar membuatku mabuk, rona merah menggoda, tapi aku ingin sedikit menjahilinya, walau aku sendiri sebenarnya sudah sangat tidak tahan
“he’en...”dia mengangguk manja
“kau tahu Luce, kau tidak pernah memanggilku ‘sayang’, hanya aku yang memanggilmu demikian, kalau kau ingin aku melanjutkan, kau harus memanggilku demikian...”kataku menunggu
“akh...benarkah..?’
Aku hanya tersenyum, oh Luce, cepatlah.........
“sa-sayang.....ayo lakukan...”
Dan dengan segera aku menurunkan underwearku, dan kulihat Lucy juga melepasnya punyanya. Penisku sudah sangat menegang. Aku penuh percaya diri, karena ukuranku tentu saja lebih dari ideal, panjang dan kekar. Dan dia, dengan jari aku membuka kemaluannya, ada rambut tipis, namun bersih. ‘basah’ fikirku, dia sudah sangat basah. Entah ide dari mana, aku malah menjilati kemaluannya
“akhhkkkkhhh....”dia menggelinjang, dan aku semakin menjadi karena reaksi itu, aku ingat Natsu pernah bercerita, bahwa Erza sangat suka saat klitorisnya di emut si kepala api itu. Aku berusaha mencari mana yang namanya klitoris. Dan mataku menangkap sebutir biji sebesar kacang, berarna merah menempel dibelahan kemaluannya yang tampak berkedut-kedut. Meski lendir nya membuat kemaluan itu basah kuyup, aku tidak merasa jijik sama sekali.
Kembali aku menjilati kemaluannya dari bagian bawah, mungkin liangnya, perlahan, sengaja berlama-lama, dan berhenti di biji yang mungkin klitorisnya, disitu aku memainkan lidahku dengan ujung klitorisnya, “akh,..akhh...aknh......”dia semakin menjadi “Gray...apa yang ka akh....kau lakukan.....”
“aku hanya ingin menjahilimu Luce”jawabku, dan seperti baru sadar, dia melihat penisku
“ap-apa....?kenapa punyamu besar sekali Gray?”tanya
“hei, apakah itu penting...,sekarang, sejujurnya aku tidak tahu harus memasukkannya kemana...”katanya sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal, malu juga rasanya...
Dia tersenyum, lalu bangun dengan posisi duduk, dan dia berpangku di atasku, aku agak kikik, Lucy cukup tahu, mungkinkah...?
Lucy memegang penisku, membelainya, aku gemetar saking menikmatinya, baru kali ini juniorku disentuh oleh tangan selain tanganku, dan Lucy mengarahkan penisku ke selangkangannya, menuju kelaminnya, aku memperhatikan, dan kurasa ujung penisku menyentuh permukaan kelaminnya
“disini....”ujarnya singkat
Tanpa komando, aku menekan pinggang Lucy, karena dia berada diatas pangkuanku, sulit jika aku yang bergerak.
“hei, kau juga gerakkan dong...”pintaku, aduh...aku benar-benar tidak tahan, ini enak sekali, akh....
Lucy melingkarkan tangannya keleherku, dan dengan perlahan dia berusaha bergerak,
“akh...akh...”pelan namun nikmat...”akh,,,,,,Gray....akh...ini sakit,,,,,”desah Lucy, namun masih bergerak, aku juga mengimbangi iramanya
“engh....”aku mendesah, penisku mulai terjepit, ini tidak seperti saat aku mengocoknya dengan tanganku sendiri saat onani..”engh...nikmat Luce...enak....terus...Luce...terus....”
“akh.....”
“akhhh.....”
“Gray......”
“Lucy.....sayang...iya terus...akh...engh...eng..engh.....”aku mengerang nikmat, kurasa kemaluan Lucy menjepit penisku, sempit, dan sangat penuh,
“Gray...sa-...akit Gray.....akh..akh.....” ‘cresh...’kurasa sesuatu yang hangat mengalir di pahaku, dan kulirik darah segar menetes, ternyata Lucy masih perawan....
“Luce..?”
“kau yang pertama Gray,,,ahk...akh,,,,,,”kami masih saling mengocok, dan sepertinya, penisku telah tertanam penuh di dalam liang senggama Lucy, kurasa dinding liangnya berkedut menjepit, kami berhenti sejenak, aku mengecup keningnya, lalu mata, hidung dan bibirnya,
“terimakasih Lucy, aku mencintaimu sayang....”kataku
“aku juga Gray,,,aku menyayangimu....”
Dan kami melanjutkan dengan penuh gairah, irama yang lebih cepat, dan desahan
“akh,,ahkh.. engh.. enhm..... .aknh...terusGray...Grya...Gray...terus sayang ....akhn....,, angkhn.....nikmat...”Lucy menggila
“enghn...engh....kau juga enak Lucy,,,,akh....sempit,,,ayo kocok lebih kencang,,,”
Dan kami membuat tempat tidur seakan dihantam gelombang, bergetar hebat, derit-deritnya terdengar jelas
“akh....akh...aaaakkhhhhhhhhhhhhhh.....”Lucy mengerang panjang, tanda dia telah klimax...
“enak Gray...?”tanyanya
“aku masih belum Luce....”kataku kembali mengocok, tanganku meremas bokongnya, dan mulutku sibuk mengenyot oppainya....
“akh..akh,,..gray...”Lucy kembali bergairah
“terus Lucy...iya seperti itu....”dia bergerak semakin kencang, tangan kirinnya masih merangkul leherku, dan tangan kanannya menopang tubuh menidih pahaku, sambil terus bergenjot-genjot.....
“enghn.....engh....”kurasakan penisku mulai berkedut-kedut hebat, ..”Lucy,,aku akan keluar,,,”kataku bersiap menarik keluar penisku, karena tentu saja aku tak ingin membuat Lucy hamil sebelum kami menikah,,,
“jangan...engh..”dia menahanku...”aku diluar masa subur kalenderku..” aku sedikit mengerti, karena Natsu pernah menolak misi bersamaku ‘hei, ini diluar masa subur kalendernya Erza, sayang kalau dilewatkan’, kurasa maksudnya sama yang dikatakan Lucy
“benarkah tidak apa-apa....?”tanyaku sambil terus mengocok,,,”ak..aku sudah tidak tahan lagi...”
“iya....keluar...engkh...akh...di dalam...”
“angh...engh....engh....akh...Lucy..aku mencintaimu....engh......” aku melonglong dan melenguh seperti serigala menatap bulan penuh...keluar!, spermaku, kenikmatanku, kulepas di dalam liang rahim Lucy, sungguh....nikmat......
Seketika aku lemas,, dan perlahan kutarik penisku keluar, masih sedikit tegang.
“Lucy, terimakasih......” aku menciumnya, dan menarik selimut menutupi kami berdua
“yah...Gray,  kau hebat, aku juga menikmatinya,,,,terimakasih...”jawabnya tersenyum sambil memelukku
“.. ‘sayangn’nya mana?”

Dan kamipun tertawa pelan......selanjutnya kami tertidur,, lalu terbangun ketika tepat siang hari. Sarapan dingin yang dibuat Lucy akhirnya kami santap sebagai makan siang, setelah makan siang, kami melakukannya lagi, kali ini 2 kali..... Dan seharian itu aku kami hanya terbaring ditempat tidur, meski mendengar suara Natsu menggedor pintu rumahku, sepertinya dia tahu Lucy ada bersamaku, diapun pergi. (seharusnya begitulah teman) fikirku. Sampai malam hari, kami melakukannya 5 kali,,,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar ya.... ^-^